Nama: Asrul Rifa’i
TAHADDUS BIN-NI’MAH
Kehidupan Pribadi: Alhamdulillah oleh Allah diperjalankan untuk diperkenalkan maiyah. Awal mula maiyahan, saya tidak terasa kuat bertahan berdiri dari acara mulai sampai akhir. Kemudian berlanjut perbaikan-perbaikan diri. Ada kalanya perubahan secara materi biasa-biasa saja. Namun perjalanan batin tak terkira banyaknya rezeki Allah yang turun.
Keluarga: Alhamdulilah bisa berkeluarga dan bertempat tinggal di Kediri, di rumah sendiri setelah sebelumnya tidak karuan.
Kebersamaan Maiyah: Menemukan dulur-dulur yang peduli. Mau mengingatkan ketika salah. Kadang ada dulur yang sangat berseberangan, kadang membencinya dalam lain waktu malah sangat tresno dengannya.
Semacam berorganisasi namun tanpa struktur ketua-anggota. Penugasan atas krentek diri sendiri yang menjadi tanggung jawabnya dan rasa syukur karena telah diberi Allah kemampuan melaksanakan tugas.
Keummatan: Semakin dibukakan pintu-pintu ilmu sehingga bisa berpikir lebih seimbang di tengah berbagai golongan yang ada.
Kemasyarakatan: Menjadi srawung dan urap-urup. Terkadang malah menemukan ilmu kebijaksanaan dari sesrawungan meski di warung kopi.
Sebagai bangsa Indonesia: Mulai sedikit-sedikit belajar tentang Jawa dan mulai “puasa” menikmati sajian hiburan barat. “Puasa” mendewakan Arab. “Puasa” transaksional materi Cina. Bukan anti Arab, Barat dan Cina namun semata mencari titik keseimbangan sebagai orang asli Jawa, yang memangku Arab, Barat dan Cina.
Sebagai warga dunia: Mulai sedikit-sedikit belajar tentang sejarah. Sirna Ilang Kertaning Bhumi, Renaissance, Turki Usmaniyah, Khulafaur-Rasyidin, Abbasiyah, Umayyah, Revolusi Industri, Globalisai, Kapitalisme, Sosialisme-Komunisme, dll.
SARAN
Mbah Nun: Mboten pantes menawi kulo maringi saran. Namung badhe ngucap, “Matur sembah nuwun, Mbah”. Kulo gadhah utang katah teng nggene panjenengan. Mugi anggen kulo urap-urup teng Sanggar Kedirian saget dados “nyicil utang” kulo kalian rasa syukur teng nggene gusti Allah sampun dikenalne panjenengan lan Maiyah.
Koordinator Simpul: Maaf mas. Para penggiat simpul kami masih tahap belajar. Dunia literasi, dokumentasi dan IT masih banyak yang asing di telinga para penggiat. Meskipun ada juga yang mahir dalam bidang itu tapi kurang “berjodoh” dengan Maiyah dan Sanggar Kedirian. Kami masih berkutat dengan persoalan ekonomi, ketentraman keluarga, utang-piutang, dll. Dunia kami berkutat pada pereratan silaturahmi fisik di warung kopi.
Semoga dilipatgandakan kesabaran ya mas.
Redaktur Maiyah:
Mengadakan even-even seperti halnya diskusi sewelasan di daerah-daerah.
Jika ada tulisan yang tidak lolos di web caknun.com mohon dikonvirmasi bahwa tulisannya kurang layak. Syukur diberi tahu kekurangannya. Ibarat sorogan Al-quran, agar cepat bisa, jika ada kesalahan langsung saja disalahkan agar tahu mana yang salah dan tahu mana yang harus dibenahi. Ditolak 7x pun tidak masalah dan malah bersyukur jika dengan itu tahu kekurangannya.
*Artikel ini ditulis untuk dikirim ke progres sebagai jawaban atas permintaan progres kepada seluruh simpul untuk menuliskan tadaddus bin ni’mah atas Maiyah.
0 komentar:
Posting Komentar