Mengabdi Sebagai Hamba Allah yang Sejati

Reportase Rutinan Sanggar Kedirian 29 November 2024 dengan Tema Ngawulo Gusti


Konsep Ngawulo Gusti dalam ajaran Islam mengacu pada pengabdian diri sebagai hamba Allah yang sejati. Kata "Ngawulo" berasal dari kata "Kulo" yang berarti "aku" atau "saya", sehingga Ngawulo Gusti dapat diartikan sebagai menjadikan diri sendiri sebagai hamba Allah.

Untuk menjadi hamba Allah yang sejati, seseorang perlu memiliki sifat taqwa. Taqwa berarti takut kepada Allah dan senantiasa berusaha menjauhi larangan-Nya serta menjalankan perintah-Nya. Dalam kehidupan sehari-hari, ketaqwaan dapat diwujudkan melalui beberapa hal, antara lain:

  1. Menjalankan perintah Allah dalam segala aspek kehidupan: Ketaqwaan tidak hanya terbatas pada ibadah mahdhah seperti shalat, puasa, dan zakat, tetapi juga mencakup seluruh aspek kehidupan, mulai dari hubungan dengan sesama manusia hingga dalam menjalankan tugas sebagai warga negara.

  2. Menjaga hubungan baik dengan sesama makhluk: Sebagai hamba Allah, kita diajarkan untuk berbuat baik kepada sesama manusia, menghormati hak-hak mereka, dan menghindari perbuatan yang dapat menyakiti hati orang lain.

  3. Menjadi warga negara yang baik: Ketaqwaan juga tercermin dalam sikap kita sebagai warga negara. Kita harus patuh pada hukum dan peraturan yang berlaku, serta ikut serta dalam membangun negara.

  4. Menjaga kesehatan: Kesehatan merupakan anugerah dari Allah yang harus kita syukuri dan jaga dengan baik. Dengan menjaga kesehatan, kita dapat menjalankan ibadah dengan lebih khusyuk dan menjalani kegiatan sehari-hari dengan lebih produktif.


Sebagai penutup acara rutinan Sanggar Kedirian kemarin, Bapak Bustanul Arifin memimpin doa bersama. Doa yang dipanjatkan tidak hanya sebagai penutup acara, namun juga mengandung harapan agar hasil Pilkada mendatang membawa kebaikan bagi Kota dan Kabupaten Kediri. Acara pun diakhiri dengan lantunan sholawat Asyghil.


(Redaksi Sanggar Kedirian)

Continue reading Mengabdi Sebagai Hamba Allah yang Sejati

Renovasi

Mukadimah Rutinan Sanggar Kedirian 15 Desember 2023


Pada masa Nabi Muhammad Saw. berusia 35 tahun, ka'bah dilakukan renovasi oleh masyarakat Quraisy. Terjadilah perselisihan saat itu oleh kaum Quraisy yang kondisinya terdiri berbagai kelompok golongan. Perselisihan terjadi saat peletakan hajar aswad, dimana masing-masing golongan merasa paling pantas untuk meletakkan hajar aswad tersebut pada tempat ka'bah yang telah direnovasi. Karena perselisihan tersebut tidak juga terjadi titik temu kesepakatan pemimpin kelompok mana yang berhak meletakkan hajar aswad, lalu mereka menyerahkan keputusan pimpinan kelompok mana yang berhak meletakkan hajar aswad tersebut kepada Nabi Muhammad yang saat itu sudah terkenal dengan sifat adilnya meski belum diangkat menjadi nabi.

Maka oleh Kanjeng Nabi Muhammad diputuskanlah hajar aswad tersebut diatas serban beliau dan kemudian pemimpin dari antar golongan kaum Quraisy tersebut memegang serban dan mengangkat hajar aswad tersebut secara bersama-sama untuk meletakan hajar aswad pada tempat yang telah ditentukan. Dan keputusan Kanjeng Nabi Muhammad ini diterima oleh semua golongan kaum Quraisy dan kemudian dilaksanakanlah peletakan hajar aswad tersebut. 

Renovasi segala sesuatu yang sifatnya untuk umum, tentunya pasti akan menimbulkan pro dan kontra antar kelompok atau golongan. Di sinilah diperlukan kearifan yang luar biasa yang bisa diterima oleh semua orang antar golongan. Renovasi ini bisa kita kontekstualkan dengan hal yang lebih luas, seperti renovasi rumah, renovasi negara, renovasi akhlak, renovasi pola pikir dan lainnya, dimana renovasi ini tujuannya adalah untuk lebih baik dari sebelumnya. 

Pada Rutinan Sinau Bareng Sanggar Kedirian pada 15 Desember 2023 ini, yang akan dimulai setelah sholat Isya' jam 19.30 WIB, mengajak dulur-dulur untuk bersama-sama mentadabburi renovasi dalam kontek situasi terkini dari sudut pandang budaya, sosial, politik, ekonomi dan nasib kita masing-masing.

Masih bersama Ust. Dr. Bustanul Arifin (Marja' Sanggar Kedirian) akan menemani sinau bareng kita. Monggo kita meluangkan waktu untuk silaturahmi dalam rutinan sekaligus tawashshulan untuk mengemis syafaat Kanjeng Nabi Muhammad Saw.
Continue reading Renovasi

Muhammadun Basyarun??

Pambuko Rutinan Sanggar Kedirian 10 November 2023

Pada rutinan Tawashsulan kemarin dibacakan Maulid Barzanji, wa lamma balagha SAW khamsan wa isyrin ... ila akhirihi. At-Thiril ke-9 ini membahas tentang kehidupan Kanjeng Nabi ketika beranjak dewasa. 

Sebagaimana manusia pada umumnya, Kanjeng Nabi juga bekerja, menikah, dan mempunyai keturunan. Akan tetapi yang membedakan dengan manusia lainnya ialah pertolongan Allah senantiasa menyertai setiap langkah beliau. Ketika berjalan misalnya, awan, pohon, bahkan malaikat senantiasa menaungi beliau. Saat berjualan, dagangannya cepat habis dan keberkahan hartanya akan berlipat-lipat. Saat sudah waktunya menikah digampangkan segala urusannya.

Apakah dengan segala keistimewaan itu Kanjeng Nabi Muhammad memanfaatkan untuk keuntungan dirinya sendiri? Kan tidak. Kita sama-sama tahu bahwa beliau adalah orang paling tawadhu'. Bajunya hanya itu-itu saja, kalau ada makanan ya dimakan jika tidak ada ya tidak apa-apa.
Itu hanya sedikit poin dari tema ini. Sisanya nanti kita perbincangkan bersama dalam rutinan Sanggar Kedirian.
Continue reading Muhammadun Basyarun??

Konsep Kemanusiaan dalam Ukhuwah Basyariah

Reportase Rutinan Sanggar Kedirian 1 September 2023 dengan Tema Memanusiakan Manusia

Tema Memanusiakan Manusia kali ini adalah tadabbur dari al-Barzanji attiril-6. Sekedar pengingat beberapa edisi yang lalu, Sanggar Kedirian mengangkat tema dari Maulid al-Barzanji. Apa yang dibahas berurutan mulai dari attiril-1, attiril-2, dst. hingga saat ini attiril-6. Insya Allah akan diteruskan attiril-attiril selanjutnya di edisi mendatang.

Satu persatu dulur-dulur mulai hadir. Saling tanya kabar dan kondisi masing-masing. Sejenak melepas lelah dari rutinitas sehari-hari. Menjalin ukhuwah antar penggiat Sanggar Kedirian setelah selapan tidak bertemu.

Acara dibuka dengan beberapa wirid. Tibalah saatnya pembahasan tema. Satu persatu dulur-dulur mulai mengemukakan pendapatnya. Berikut ringkasannya:

Kemanusiaan adalah konsep yang erat kaitannya dengan ukhuwah basyariah, yaitu hubungan antara makhluk berakal, atau lebih tepatnya, antara manusia. Dalam konteks ini, kita akan menjelajahi berbagai aspek kemanusiaan yang membentuk dasar dari hubungan sosial kita.

Kita, manusia, termasuk dalam kategori Bani Adam, yaitu anak turunan Nabi Adam. Sebagai makhluk berakal, kita memiliki tanggung jawab untuk menjalani kehidupan yang penuh makna.

Manusia disebut insan karena strukturnya berbeda, misal Nabi Adam, Nabi Syits, atau Nabi Isa diciptakan berbeda dengan manusia pada umumnya. Tidak sepantasnya meremehkan perbedaan ke-insan-an setiap individu.

Dalam masyarakat, kita dikenal sebagai An-nas, manusia sebagai makhluk sosial. Kita hidup dalam berbagai bentuk komunitas dan hubungan antarmanusia.

Kita adalah 'abdullah, hamba Allah. Ini adalah hakikat dari penciptaan kita, dan kita memiliki tanggung jawab untuk mengabdikan diri kepada-Nya.

Setelah mencapai kesadaran sebagai 'abdullah, langkah selanjutnya adalah menjadi khalifah, yaitu pemelihara. Setiap orang memiliki tingkat kekhalifahan yang berbeda-beda. Ada yang menjadi khalifah untuk diri sendiri, keluarga, atau bahkan masyarakat lebih luas.

Dengan pemahaman ini, kita dapat memperkuat ikatan kita sebagai manusia dan membangun hubungan yang lebih baik dalam ukhuwah basyariah.
Continue reading Konsep Kemanusiaan dalam Ukhuwah Basyariah

MEMANUSIAKAN MANUSIA

Mukadimah Sanggar Kedirian 1 September 2023

Manusia adalah makhluk multi potensi yang dibekali dengan akal dan budi pekerti, maknanya manusia berkehendak apapun untuk menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ia hadapi. Manusia sebagai makhluk individu yang memiliki latar belakang pola pikir dan perilaku pribadi, juga mampu menjadi makhluk sosial saat berinteraksi dengan orang lain. Manusia dititahkan oleh Allah SWT dalam empat peran, sebagai makhluk, sebagai insan, sebagai khalifah, dan sebagai abdullah.

Sejatinya manusia memiliki dua sisi, sisi baik dan buruk menurut kaidah pribadi, kaidah umum dan ketentuan hukum beragama. Namun, dalam menjalankan perannya, tidak jarang manusia lupa untuk memanusiakan diri sendiri dan memanusiakan orang lain. Sering kita dengar di berbagai media masa tentang kasus-kasus yang dianggap tidak manusiawi yang dilakukan oleh manusia. Sebagai contohnya adalah kasus pembunuhan, intoleransi, eksploitasi, dsb. Hal tersebut disebabkan karena adanya kecondongan di antara segala sisi yang ia miliki, sehingga output yang ia hasilkan bisa jadi akan dimaknakan lain oleh manusia lain.

Dalam kitab Maulid al-Barzanji attiril ke-6, dikisahkan bahwa Nabi Muhammad Saw. pernah disusui oleh beberapa orang dari berbagai suku setelah kelahirannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk memanusiakan manusia tidak memandang suku, ras, maupun agama, semua dilakukan dengan pandangan rahmatan lil alamin.

Lalu, bagaimana seharusnya manusia menjalankan perannya sebagai manusia yang memanusiakan manusia?

(Fathur)
Continue reading MEMANUSIAKAN MANUSIA

Wushul

Pambuko Rutinan Sanggar Kedirian Edisi 27 Juli 2023 

Kurang lebih satu tahun Mbah Nun mencetuskan teks Tawashshulan untuk anak cucu jamaah Maiyah. Setahu kami sejak April 2022 Tawashshulan mulai dilaksanakan di Kadipiro oleh Mbah Nun dan Kiai Kanjeng, dan teks Tawashshulan tersebut mengalami beberapa kali penyempurnaan oleh Mbah Nun. Sekarang ini sudah sangat banyak simpul Maiyah di berbagai kota di seluruh Nusantara yang membuat rutinan Tawashshulan.

Mbah Nun sering menyampaikan bahwa Tawashshulan ini bermaksud ngemis kepada Allah Swt sebagai pemilik tunggal seluruh alam semesta termasuk diri kita ini. Hal itu juga terkait erat dengan nilai-nilai yang ditanamkan oleh Mbah Nun, baik dalam ber-muwajjahah dengan jamaah Maiyah maupun tulisan beliau di website caknun.com yaitu Tadabbur Surat al-Fatihah. Tawashshulan merupakan implemetasi ayat-ayat al-Fatihah, "arrohmanir rohiim, maliki yaumiddiin, iyyakana'budu wa iyyaka nasta'in." Kita meneguhkan diri dengan keimanan kita dan syahadat kita kepada Allah dan Rasulullah. Kemudian kita sujud mengemis dengan ucapan, "Hanya kepada-Mu (Allah) kami menyembah, dan hanya kepada-Mu (Allah) kami mohon pertolongan."

Di dalam kita mengemis kepada Allah tersebut hati kita senantiasa mengharap "ihdinashshirothol mustaqiim, shirotolladzina an'amta 'alaihim, ghoiril maghdhubi 'alaihim waladzolliin."

Beberapa waktu lalu kabar mengenai kondisi Mbah Nun yang harus beristirahat di rumah sakit tentunya membuat anak cucu jamaah Maiyah khawatir. Ditambah lagi adanya banyak berita hoax yang beredar di media sosial yang entah dari mana sumber berita tersebut membuat kita semua semakin khawatir. Namun, kita anak cucu jamaah Maiyah selalu diajarkan Mbah Nun untuk berhusnuzan kepada Allah Swt. Kondisi Mbah Nun saat ini harus kita sikapi juga dengan landasan husnuzan. 

Banyak kita dengar kisah perjalanan spiritual para wali Allah yang mana hal itu dikenal dengan istilah wushul. Wushul, menurut Pak Bustanul, guru kami teman-teman Sanggar Kedirian memiliki akar kata yang sama dengan Tawashshul. Kami berprasangka, Mbah Nun mengajak kita untuk Tawashshulan secara terus menerus, dan bisa jadi, dari kesungguhan dalam Tawashshulan itu, bahwa Mbah Nun sekarang ini sedang mengalami perjalanan wushul.

Namun kita juga tidak boleh sembrono dalam memahami suatu peristiwa termasuk berkaitan wushul ini. Apa yang sebenarnya dimaksud dengan wushul? Wushul itu peristiwa dari hamba-Nya kepada Allah ataukah dari Allah ke hambaNya?

Isro' Mi'roj itu perjalanan Kanjeng Nabi Muhammad SAW sedangkan wushul perjalanan yang mirip itu (Isro' Mi'roj), tapi bagi manusia kekasih Allah selain nabi. Mbah Nun bagi kami sedang menjalani proses wushul.

Majelis Masyarakat Maiyah Sanggar Kedirian pada bulan Juli ini akan mengeksplorasi tema wushul tersebut. Mari sinau bareng, melingkar bersama dengan landasan husnuzan dan waspada.
Continue reading Wushul

Sujudnya Muhammad: Menghayati Makna dalam Adzan

Reportase Rutinan Sanggar Kedirian dengan tema Sujudnya Muhammad, 23 Juni 2023


Di salah satu sudut kampus Universitas Tribakti, malam itu terasa begitu dingin. Namun, di tengah dinginnya udara, terdapat kehangatan yang memancar dari dulur-dulur Sanggar Kedirian. Mbah Bus mengawali pembahasan Barzanji kali ini dengan men-tadabbur-i adzan. Adzan dan iqomah merupakan kalimat ilahiyah pertama kali yang diperkenalkan kepada bayi agar potensi diri seorang bayi berkembang secara optimal.

Kalimat pertama dalam adzan adalah "Allahu akbar" yang berarti "Allah Maha Besar." Mbah Bus menjelaskan bahwa melalui kalimat ini, kita diperkenalkan pada hubungan vertikal yang menunjukkan kebesaran Allah. Dalam kesederhanaan ungkapan ini, kita disadarkan akan keagungan dan kekuasaan-Nya yang melingkupi segala sesuatu.

Mbah Bus juga mengungkapkan pemahamannya tentang kalimat-kalimat lain dalam adzan. "Syahadat kepada Allah" adalah kesaksian akan keesaan-Nya, sedangkan "Syahadat kepada Kanjeng Nabi Muhammad sebagai utusan Allah" adalah pengakuan akan peran dan kepemimpinan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah yang terakhir.

Selanjutnya, Mbah Bus menyoroti kalimat "Hayya 'alassholah" yang mengajak kita untuk datang kepada sholat. Dia menjelaskan bahwa kalimat ini mengingatkan akan pentingnya menjaga keteraturan dalam menjalankan kewajiban kita. Sholat merupakan bentuk ibadah yang memiliki makna yang mendalam dan memerlukan kedisiplinan dalam melaksanakannya.

Mbah Bus juga memaparkan pesan di balik kalimat "Hayya 'alal falah" yang mengajak kita untuk mencapai kesuksesan. Namun, dia menegaskan bahwa dalam mencapai kesuksesan, kita tidak boleh melihat orang lain sebagai pesaing, melainkan sebagai mitra dalam perjuangan menuju kemenangan bersama.

Kalimat terakhir dalam adzan, "La ilaha illallah," menurut Mbah Bus, mengajarkan bahwa kemenangan sejati hanya dapat terwujud melalui konsensus bersama untuk meyakini bahwa hanya Allah yang berhak disembah. Ini adalah prinsip tauhid yang menjadi dasar utama dalam ajaran Islam.

Mbah Bus juga mengingatkan bahwa meskipun Nabi Muhammad memiliki derajat yang tinggi, beliau tetap menyadari posisinya sebagai seorang 'abdu (hamba) Allah. Hal ini menggambarkan rendah hati dan kesadaran akan keagungan Allah.

Kang Zakaria menambahkan penjelasan perihal sujud. Sujud dalam sholat merupakan wahana untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah. Dalam sujud, kita bisa mencapai taqarrub ilallah (kedekatan dengan Allah) dengan memahami dan menghayati makna "wasjud waqtarib" (sujud dan mendekatlah).

Kang Zakaria lalu mengutip pemikiran dari Imam al-Ghazali. Menurutnya, sujud adalah momentum terdekat seorang hamba dengan Tuhannya. Imam al-Ghazali juga menjelaskan bahwa orang yang mampu menikmati manisnya sujud akan merasakan kedekatan yang kuat dengan Allah. Dalam sujudnya, mereka melampaui jarak dan memahami keagungan Allah.

Kang Zakaria juga menekankan bahwa ciri-ciri sholat yang diterima adalah pelakunya tidak hanya menghindari maksiat, tetapi juga benar-benar tidak menyukai maksiat tersebut. Ini menandakan bahwa seseorang telah mencapai tingkat kesucian dan ketakwaan yang tinggi.

Adzan bukan hanya sekadar panggilan untuk sholat, tetapi juga mengandung pesan-pesan yang mendalam dan bermakna bagi kehidupan seorang Muslim. Dengan men-tadabbur-i adzan yang mendalam, kita dapat memperoleh kebijaksanaan dan lebih mendekatkan diri kepada-Nya dalam setiap sujud kita.


Continue reading Sujudnya Muhammad: Menghayati Makna dalam Adzan

Sujudnya Muhammad

Pambuko rutinan Sanggar Kedirian, Malam Sabtu Legi 23 Juni 2023

Tema ini diambil dari fashl at-thiril Maulid al-Barzanji yang ke-empat. Di situ disebutkan bahwa Kanjeng Nabi Muhammad lahir ke dunia ini dalam keadaan yadaihi 'alal ardh, bersujud. Itulah penanda awal dari sujud-sujud yang beliau lakukan selama di dunia.

Meski beliau adalah makhluk terkasih-Nya, yang menjadi sebab dari diciptakannya segala sesuatu, juga yang memiliki hak khusus syafaat, namun itu semua tidak membuat beliau lupa pada status kehambaannya. 

Kewajiban seorang hamba ialah patuh pada tuannya. Bentuk kepatuhan ini terwujud dalam gerakan sholat. Berawal dari niat madhep kepada Allah, selanjutnya takbir, fatihah, ruku', i'tidal, sujud, duduk iftirosy, kemudian sujud lagi, tahiyyat dan salam, juga tidak lupa tuma'ninah dalam setiap gerakannya adalah suatu ekspresi penghambaan yang kita kenal bersama. 

Kanjeng Nabi Muhammad yang pertama kali mengajarkan itu. Dan konsisten mengerjakannya. Meski, sekali lagi perlu ditegaskan, beliau adalah makhluk terkasih-Nya, yang menjadi sebab dari terciptanya segala sesuatu, juga yang memiliki hak khusus syafaat. Lantas, bagaimana dengan kita?

Monggo sami-sami dirembuk dalam rutinan nanti dengan berbagai macam pengetahuan sujud yang kita ketahui.
Continue reading Sujudnya Muhammad

Al-barzanji Aththiril-3

Catatan Rutinan Sanggar Kedirian, 19 Mei 2023 


Pada rutinan bulan lalu, kita telah membahas Al-barzanji Aththiril-1 berlanjut Aththiril-2. Edisi kali ini merupakan series dari tema bulan lalu. Apakah akan dilanjutkan sampai Aththiril-19? Wallahu A'lam. 


Aththiril-3 berisi segala suasana menjelang kelahiran Nabi Muhammad. Kelahiran Nabi yang sudah dinanti oleh seluruh makhluk. Kaum Jin berbahagia, tumbuh-tumbuhan berbuah dengan lebatnya, hewan-hewan yang dapat berbicara dengan fasih. Sementara manusia terbagi menjadi dua. Ada yang mengharapkan kelahiran Nabi sebagaimana kaum yang mengimani kitab terdahulu. Ada pula yang menyangkal kelahirannya sebagaimana Raja Abrahah yang tidak mau tertandingi kekuasaannya di Jazirah Arab. 


Informasi tentang kelahiran Nabi ini berasal dari kitab-kitab dan shuhuf-shuhuf terdahulu. Juga dari kegelisahan zaman yang ditandai dengan tidak adanya pembaharu sejak zaman Nabi Isa diangkat ke langit. 



Pembahasan beranjak ke Sholawat Asyghil. Mbah Bus mengibaratkan Sholawat Asygil sebagai "gaman" agar kita tidak sampai didholimi oleh orang lain. Oang Jawa biasa menyebutnya "sluman-slumun-slamet". 


Seperti biasa, dalam sinau bareng selalu ada sesi tanya jawab. Kang Gatot bertanya tentang mukjizat. Jawaban Mbah Bus ialah mukjizat biasanya datang saat seseorang mengalami ketidakberdayaan, sangat pasrah, tentunya dengan didahului oleh usaha, eling lan waspada. Insya Allah akan di-ijabahi keinginannya. Itulah mukjizat. 


Pembahasan beralih ke topik nasab, sebuah topik yang sering dibicarakan di media sosial akhir-akhir ini. Sebagaimana nasab Sayyid Abdullah dan Sayyidah Aminah yang masih saudara, sebenarnya kalau dirunut kita masih mempunyai kemungkinan saudara. Akan tetapi sejak pemerintahan kolonial berkuasa, tepatnya pasca-Perang Diponegoro, semua catatan nasab Bangsa Indonesia ditiadakan.


(Redaksi Sanggar Kedirian) 
Continue reading Al-barzanji Aththiril-3

Ngaji Al-barzanji

Mukadimah Rutinan Sanggar Kedirian, Malam Sabtu Legi, 14 April 2023. 

"Al-jannatu wa na'imuha sa'dun liman yushalli wa yusallimu wa yubarik alaih"  

 

Itu adalah kalimat pembuka dalam kitab Maulid Al-barzanji karangan Sayyid Ja'far Al-barzanji. Artinya kurang lebih begini, surga dengan segala kenikmatannya merupakan kebahagiaan bagi orang-orang yang bersholawat, mendoakan keselamatan, dan mengharapkan keberkahan dari Kanjeng Nabi Muhammad. 

 

Bagi sedulur-sedulur Maiyah, sinau gondelan syafa'ate Kanjeng Nabi bukan barang baru lagi. Sejak diperkenalkan metodologi Segitiga Cinta sampai yang terbaru diijazahi do'a Isyfa' Hajati, rasanya Simbah mengingatkan agar kita selalu gondelan syafaate Kanjeng Nabi Muhammad.  

 

Sebab makhluk pertama, yang menjadi kekasih Allah adalah Nur dari Kanjeng Nabi Muhammad. Nur atau cahaya tersebut dalam Barzanji disebut nuril maushufi bittaqaddumil awwaliyyah, cahaya paling awal yang menjadi awal mula kehidupan-Nur itu juga yang kemudian oleh Simbah dibuatkan pujian khusus yang dinamai Sholawatun Nur. 

 

Kemudian Sayyid Ja'far menyebutkan bahwa Nur Kanjeng Nabi Muhammad dititipkan pada satu wajah mulia ke wajah mulia yang lain. Atau ditempatkan dalam tulang sulbi Nabi Adam sampai diwariskan ke tulang sulbi Sayyid Abdullah, hingga kemudian menetap dan dilahirkan ke dunia melalui rahim Sayyidah Aminah.  

 

"'Aththirillahhumma qabrahul karim bi 'arfin syadziyyi min sholatin wa taslim". Ya Allah taburkanlah wewangian sholawat salam bagi makam beliau yang mulia. Allahumma shalli wa sallim wa barik alaih. 

                             *** 

Sekian dulu mukadimah ringkas dari kitab Maulid Al-barzanji yang bisa dituliskan dalam mukadimah rutinan Sanggar Kedirian kali ini. Untuk lebih mendalami lagi Ngaji Al-barzanji ini monggo nanti sami-sami disimak langsung sembari melingkar bersama guru kita Mbah Bustanul Arifin. Maturnuwun. 

Continue reading Ngaji Al-barzanji

Isyfa' Hajati

Mukadimah Rutinan Sanggar Kedirian Malam Sabtu Legi, 10 Maret 2023

Paringo pitulung (syafaat) dumateng hajat ingsun. Kurang lebih seperti itu makna secara bahasa dari tema kita malam ini. Kalau makna secara konteks atau cerita bagaimana Mbah Nun memberikan ijazahan tersebut biar nanti diceritakan oleh beberapa sedulur yang langsung diijazahi oleh beliau. 

Yang jelas, kata isyfa' yang bermakna mohon berikanlah syafaat, ditujukan pada Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Dari situ yang bisa kita garis bawahi ialah tiada bosannya Mbah Nun mengingatkan kita agar selalu ndepe-ndepe, mepet, bahkan gondelan syafaate Kanjeng Nabi. 

Bagi yang belum tahu, atau barangkali bisa dijadikan pengingat bahwa di Maiyah ada sebuah relasi yang dinamakan Segitiga Cinta. Dalam relasi tersebut subjek atau yang berkehendak atas segala sesuatu ini berada di puncak tertinggi, yakni Allah. Dan alasan Allah menciptakan panggung dunia ini adalah karena kekasih-Nya, Kanjeng Nabi Muhammad-yang berada di titik kiri dan hamba di titik kanan. Dalam relasi Segitiga Cinta ini, kita diingatkan untuk selalu merenung dan memahami betapa pentingnya meraih syafaat dari Kanjeng Nabi sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah.
Continue reading Isyfa' Hajati

Perjalanan Diri Mengenal Diri dalam Sanggar Kedirian

Catatan Ta'dib Maiyah bersama Mbah Nun dan Kiai Kanjeng dalam rangka Milad Sanggar Kedirian

Alhamdulillah, malam itu begitu istimewa bagi Sanggar Kedirian yang merayakan Milad ke-12. Meskipun secara perhitungan, ini adalah tahun ke-11 sejak kegiatan rutin Sanggar Kedirian dimulai pada malam Sabtu Legi, 15 Juni 2012 atau 25 Rajab 1433 H, namun selisih perhitungan ini tak mengurangi kemeriahan acara. Perayaan Milad ini berlangsung sangat meriah. Semangat kebersamaan tetap membara dari awal hingga akhir acara.

Rangkaian acara dibuka dengan pembacaan tawashshulan sebagai bentuk rasa ketersambungan kepada Allah dan Rasulullah. Dilanjutkan dengan lantunan sholawat, setor cinta dan rindu kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Sebelum acara inti Ta'dib Maiyah bersama Mbah Nun dan Kiai Kanjeng dimulai, Mbah Bus memberikan sambutan pembuka. Dalam sambutannya, beliau memaparkan secara singkat mengenai profil Sanggar Kedirian serta mengulas lebih dalam tema yang akan dibahas pada malam itu.

Sanggar Kedirian memiliki semboyan "Perjalanan Diri Mengenal Diri," yang tercermin melalui kehadiran tokoh-tokoh pewayangan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.