Al-barzanji Aththiril-3

Catatan Rutinan Sanggar Kedirian, 19 Mei 2023 


Pada rutinan bulan lalu, kita telah membahas Al-barzanji Aththiril-1 berlanjut Aththiril-2. Edisi kali ini merupakan series dari tema bulan lalu. Apakah akan dilanjutkan sampai Aththiril-19? Wallahu A'lam. 


Aththiril-3 berisi segala suasana menjelang kelahiran Nabi Muhammad. Kelahiran Nabi yang sudah dinanti oleh seluruh makhluk. Kaum Jin berbahagia, tumbuh-tumbuhan berbuah dengan lebatnya, hewan-hewan yang dapat berbicara dengan fasih. Sementara manusia terbagi menjadi dua. Ada yang mengharapkan kelahiran Nabi sebagaimana kaum yang mengimani kitab terdahulu. Ada pula yang menyangkal kelahirannya sebagaimana Raja Abrahah yang tidak mau tertandingi kekuasaannya di Jazirah Arab. 


Informasi tentang kelahiran Nabi ini berasal dari kitab-kitab dan shuhuf-shuhuf terdahulu. Juga dari kegelisahan zaman yang ditandai dengan tidak adanya pembaharu sejak zaman Nabi Isa diangkat ke langit. 



Pembahasan beranjak ke Sholawat Asyghil. Mbah Bus mengibaratkan Sholawat Asygil sebagai "gaman" agar kita tidak sampai didholimi oleh orang lain. Oang Jawa biasa menyebutnya "sluman-slumun-slamet". 


Seperti biasa, dalam sinau bareng selalu ada sesi tanya jawab. Kang Gatot bertanya tentang mukjizat. Jawaban Mbah Bus ialah mukjizat biasanya datang saat seseorang mengalami ketidakberdayaan, sangat pasrah, tentunya dengan didahului oleh usaha, eling lan waspada. Insya Allah akan di-ijabahi keinginannya. Itulah mukjizat. 


Pembahasan beralih ke topik nasab, sebuah topik yang sering dibicarakan di media sosial akhir-akhir ini. Sebagaimana nasab Sayyid Abdullah dan Sayyidah Aminah yang masih saudara, sebenarnya kalau dirunut kita masih mempunyai kemungkinan saudara. Akan tetapi sejak pemerintahan kolonial berkuasa, tepatnya pasca-Perang Diponegoro, semua catatan nasab Bangsa Indonesia ditiadakan.


(Redaksi Sanggar Kedirian) 
Continue reading Al-barzanji Aththiril-3

Ngaji Al-barzanji

Mukadimah Rutinan Sanggar Kedirian, Malam Sabtu Legi, 14 Februari 2023. 

"Al-jannatu wa na'imuha sa'dun liman yushalli wa yusallimu wa yubarik alaih"  

 

Itu adalah kalimat pembuka dalam kitab Maulid Al-barzanji karangan Sayyid Ja'far Al-barzanji. Artinya kurang lebih begini, surga dengan segala kenikmatannya merupakan kebahagiaan bagi orang-orang yang bersholawat, mendoakan keselamatan, dan mengharapkan keberkahan dari Kanjeng Nabi Muhammad. 

 

Bagi sedulur-sedulur Maiyah, sinau gondelan syafa'ate Kanjeng Nabi bukan barang baru lagi. Sejak diperkenalkan metodologi Segitiga Cinta sampai yang terbaru diijazahi do'a Isyfa' Hajati, rasanya Simbah mengingatkan agar kita selalu gondelan syafaate Kanjeng Nabi Muhammad.  

 

Sebab makhluk pertama, yang menjadi kekasih Allah adalah Nur dari Kanjeng Nabi Muhammad. Nur atau cahaya tersebut dalam Barzanji disebut nuril maushufi bittaqaddumil awwaliyyah, cahaya paling awal yang menjadi awal mula kehidupan-Nur itu juga yang kemudian oleh Simbah dibuatkan pujian khusus yang dinamai Sholawatun Nur. 

 

Kemudian Sayyid Ja'far menyebutkan bahwa Nur Kanjeng Nabi Muhammad dititipkan pada satu wajah mulia ke wajah mulia yang lain. Atau ditempatkan dalam tulang sulbi Nabi Adam sampai diwariskan ke tulang sulbi Sayyid Abdullah, hingga kemudian menetap dan dilahirkan ke dunia melalui rahim Sayyidah Aminah.  

 

"'Aththirillahhumma qabrahul karim bi 'arfin syadziyyi min sholatin wa taslim". Ya Allah taburkanlah wewangian sholawat salam bagi makam beliau yang mulia. Allahumma shalli wa sallim wa barik alaih. 

                             *** 

Sekian dulu mukadimah ringkas dari kitab Maulid Al-barzanji yang bisa dituliskan dalam mukadimah rutinan Sanggar Kedirian kali ini. Untuk lebih mendalami lagi Ngaji Al-barzanji ini monggo nanti sami-sami disimak langsung sembari melingkar bersama guru kita Mbah Bustanul Arifin. Maturnuwun. 

Continue reading Ngaji Al-barzanji

YA LATIF

Pambuko Rutinan Sanggar Kedirian 3 Februari 2023

Ya Latif atau Al-latif adalah satu diantara 99 Asmaul Husna. Arti Asmaul Husna Al-latif adalah Yang Maha Lembut. Asmaul Husna Al-latif menjelaskan bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Dzat yang bersifat lemah lembut kepada seluruh makhluknya.

Allah SWT menghendaki kebaikan dan kemaslahatan kepada manusia dengan cara yang amat tersembunyi atau dengan kata lain tidak terduga. Terkait dengan hal ini, Allah SWT berfirman yang bunyinya sebagai berikut:

لَّا تُدْرِكُهُ ٱلْأَبْصَٰرُ وَهُوَ يُدْرِكُ ٱلْأَبْصَٰرَ ۖ وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلْخَبِيرُ

Artinya: “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-an’am: 103).

Atas Ke-Maha Lembutan-Mu, lembutkan hati kami
Atas Ke-Maha Lembutan-Mu, lembutkan Hidup Kami
Atas Ke-Maha Lembutan-Mu, lembutkan Keluarga Kami
Atas Ke-Maha Lembutan-Mu, lembutkan Masyarakat Kami
Atas Ke-Maha Lembutan-Mu, lembutkan Bangsa Kami
Atas Ke-Maha Lembutan-Mu, lembutkan Negara Kami

Lembutkan kami semua sehingga penuh cinta kasih dalam kehidupan kami. Hidup kami sejahtera. Hidup kami makmur sentosa. Rejeki mengalir dari berbagai arah tanpa kami sangka-sangka.

Dalam kesempatan ini, marilah kita duduk melingkar memohon belas kasihan dan pertolongan Allah yang Maha Lembut melalui perantara Tawashshulan bersama dalam Rutinan Sanggar Kedirian, pada hari Jumat malam Sabtu Legi, 3 Februari 2023. Bertempat di Pendopo Balai Desa Kwadungan, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri. Waktu awal selepas Sholat Isya' (Ba'da Isya').

Semoga kita senantiasa diberikan kesehatan, kelonggaran waktu untuk hadir bersama dalam Rutinan Sanggar Kedirian.
Continue reading YA LATIF

Kuwad-Dungan

Pambuko Rutinan Sanggar Kedirian 30 Desember 2022

Dalam Al-quran surat Al-mukmin ayat 60 Allah berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenankan bagimu". Begitu jelas dan gamblang Allah mengabarkan janjiNya kepada hamba-hambaNya. Namun seorang bijak juga pernah berkata, "Yang membumbung hanyalah mimpi, adapun permintaan mesti tahu diri".

Dari batasan tahu diri ini mari kita sinau bareng, seberapa kuat sih doa yang kita mohonkan kepada Gusti Allah setiap hari sehingga mampu menggetarkan pilar-pilar langit-Nya? Jangan-jangan selama ini ketika kita berdoa hanya memamerkan makhrajnya, fasihnya, dan hafalan doanya saja? Atau jangan-jangan selama ini doa kita hanya sebatas rentetan daftar keinginan yang mendikte kehendak Sang Pencipta?

Lantas apakah cukup kita berdoa dengan berbekal haqqul yaqin saja, padahal minimal ada 3 lapis langit yang harus kita panjat saat berdoa: langit harapan, langit keyakinan dan langit kepastian (takdir). Itupun kita belum menyentuh wilayah hijab (tabir/penutup) dari doa-doa yang kita mohonkan.
Continue reading Kuwad-Dungan

Ngramut Adab

Pambuko Rutinan Sanggar Kedirian 25 Novermber 2022

Nusantara telah memiliki peradaban yang luar biasa, bahkan di Nusantara ini menjadi pusat peradaban dunia. Banyak bukti-bukti menunjukan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia ini adalah orang-orang hebat, salah satu bukti yang bisa kita lihat dan rasakan manfaatnya sampai sekarang adalah Candi Borobudur yang dibangun pada masa Dinasti Syailendra dengan waktu hampir 1 abad proses penyelesaiannya. Dengan waktu 100 tahunan berarti untuk membangun Borobudur melewati pergantian beberapa raja. 

Disinilah karakter yang dimiliki leluhur kita yang berfikir jauh untuk anak cucu. Bukan untuk kepentingan sesaat mumpung berkuasa demi kepentingan pribadi. Nenek moyang kita mengajarkan tentang adab dalam kehidupannya untuk diwarisi anak cucu. Adab terhadap diri sendiri, adab terhadap jabatan, adab terhadap yang lebih tua, adab terhadap rakyatnya, bahkan adab terhadap anak cucu yang jauh berabad-abad yang akan datang yakni kita saat ini yang berada dalam negara Republik Indonesia.

Nenek moyang kita membangun peradaban dengan menjunjung tinggi adab. Atas hal ini, marilah kita duduk melingkar bersama dalam Rutinan Sanggar Kedirian bicara tentang adab yang diwariskan leluhur kita. Dalam situasi kekinian adab mulai ditinggalkan bahkan diremehkan, Sanggar Kedirian memantik kita semua dalam bahasan Ngramut Adab.

Monggo hadir dalam rutinan Majelis Masyarakat Maiyah Sanggar Kedirian, pada Jumat malam Sabtu Legi, 25 November 2022, jam 20.00 WIB. Bertempat di Kampus Tribakti, Kota Kediri.
Continue reading Ngramut Adab

Satukan Tujuan, Sampingkan Identitas Kedaerahan

Reportase Majelis Masyarakat Maiyah Sanggar Kedirian Tema Stadium Kanjuruhan, 21 Oktober 2022.

Oleh: Arsuma Wisnu


Kegiatan rutinan Majelis Masyarakat Maiyah Sanggar Kedirian pada hari Jum'at, 21 Oktober 2022 berhasil dilaksanakan dengan lancar di Kampus IAI Tribakti Kota Kediri. Rutinan ini merupakan sebuah bentuk penghayatan untuk mencari dan merumuskan tentang apa yang terjadi terhadap sebuah perkembangan ilmu pengetahuan, kondisi sosial masyarakat, serta berperan menentramkan seluruh umat dan seluruh alam.

Tema rutinan mengangkat tentang "Stadium Kanjuruhan" dimana makna pada tema ini bukan hanya tentang bangunan/fisik yang digunakan untuk acara olahraga, akan tetapi jika kembali diresapi adalah bagaimana tentang tingkatan dalam daur hidup/perkembangan suatu proses.

Belasungkawa sedalam-dalamnya terhadap korban yang tidak bersalah, semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT. Dengan apa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, 1 Oktober lalu, semoga menjadi yang terakhir.

Ini adalah momen bagi seluruh umat untuk bersatu. Sampingkan identitas kedaerahan yang selama ini telah memecah belah kita semua, satukan tujuan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Dengan kita bersatu, semua ujian yang akan dihadapi pada tingkatan yang lebih berat dan tidak mudah akan menjadi lebih mudah untuk dicarikan jalan keluar alternatif terbaik.
Continue reading Satukan Tujuan, Sampingkan Identitas Kedaerahan

Among Jiwa-Among Raga

Mukadimah Sanggar Kedirian edisi 8 Juli 2022

Tema ini berangkat dari situasi dan kondisi kesehatan para guru Maiyah, Simbah Ahmad Fuad Efendi dan Simbah Muhammad Ainun Nadjib yang belakangan ini mengalami sakit. Dan kondisi beberapa keluarga Maiyah Sanggar Kedirian yang juga mengalami hal yang sama.

Atas dasar kondisi tersebut maka Simpul Maiyah Sanggar Kedirian mengangkat tema "Among Jiwa-Among Raga". Among sendiri dalam bahasa Jawa memiliki makna menjaga, "Among Jiwa - Among Raga" berarti "Menjaga Jiwa - Menjaga Raga" yang intinya adalah menjaga kesehatan.

Ketika pembahasan tema ini, beberapa poin terkait kesehatan sempat muncul. Di antaranya:
1. Mandi di sepertiga malam untuk menjaga kesehatan
2. Khasiat air embun yang didoakan konon bisa untuk obat segala macam penyakit
3. Rutin mengkonsumsi madu dan jinten hitam sebagaimana sunnah Kanjeng Nabi.
4. Rutin berolahraga
5. Menjaga gaya hidup (menghindari mengkonsumsi makanan yang cepat saji)
Dst.

Mari melingkar bersama, bersilaturahmi dan berdiskusi membahas apa saja yang terkait erat dengan kesehatan, pada :

Hari : Jum'at Kliwon malam Sabtu Legi
Tanggal : 8 Juli 2022
Pukul : 19.00 - Selesai
Tempat : Kampus IAI Tribakti Kediri.
Continue reading Among Jiwa-Among Raga

Kesungguhan

Mukadimah Sanggar Kedirian Edisi Ramadhan 1443 H (29 April 2022)

"Qulnaa yaa naaru kuunii bardan wasalaaman 'alaa Ibrahim". Wahai api jadilah dingin, dan jadilah keselamatan bagi Ibrahim. Surat Al-anbiya' ayat 69.

Di banyak sumber disebutkan bahwa asbabun nuzul ayat tersebut adalah ketika Nabi Ibrahim dibakar hidup-hidup oleh Raja Namrud. Ketika itu banyak malaikat yang menawarkan bantuan kepada Nabi Ibrahim. Ada yang akan menyiram dengan air, ada yang akan mendatangkan angin agar api padam, dll. Namun Nabi Ibrahim tidak berkenan menerima semua bantuan dari para malaikat tersebut. Nabi Ibrahim tetap bergantung pada bantuan dan pertolongan Allah. Kemudian ayat tersebut turun lalu mawujud menjadi dinginnya api yang membakar Nabi Ibrahim sehingga api tersebut tidak membakar Nabi Ibrahim sedikitpun.

Ada cerita hikmah yang menyertai kejadian tersebut yang jarang diceritakan, namun pernah Mbah Nun sampaikan di beberapa forum beliau. Cerita tentang kisah tentang seekor semut ireng atau semut hitam yang pada saat Nabi Ibrahim dibakar ia membawa setetes air yang ia maksudkan untuk menetesi kobaran api yang begitu besar dan dahsyat yang digunakan untuk membakar Nabi Ibrahim. Seekor semut ireng ini ditertawakan dan diejek oleh kawanan makhluk lain yang melihat kejadian tersebut. Mereka berkata, "Hai semut! Mana mungkin engkau bisa memadamkan api yang begitu besarnya hanya dengan setetes air yang engkau bawa?" Semut ireng menjawab, "Aku sadar kalau setetes air yang aku bawa ini tidak mungkin bisa memadamkan api yang sangat besar itu. Namun setidaknya aku ingin menunjukkan kepada Allah dan kepada Nabi Ibrahim bahwa aku sungguh-sungguh membela Nabi Ibrahim, aku sungguh-sungguh membela kebenaran." Dan keajaiban pun terjadi, niat baik dan kesungguhan seekor semut ireng dijawab oleh Allah dengan menurunkan satu ayat yang sekaligus menjadi perintah bagi api untuk menjadi dingin dan bersifat tidak membakar Nabi Ibrahim. 

Dari sepenggal cerita hikmah tersebut,  pelajaran atau hikmah yang dapat kita ambil adalah sebuah kesungguhan. Dimana sebuah kesungguhan inilah yang barangkali membuat kita ditolong dan dikasihi oleh Allah. Sebuah kesungguhan pulalah yang kiranya membuat perjuangan menjadi berhasil. Sebagaimana kalam yang sudah sangat masyhur kita ketahui, "Man jadda wajada", barangsiapa bersungguh-sungguh ia akan berhasil.

Mari duduk melingkar bersama pada Majelis Rutinan Sanggar Kedirian yang nanti malam akan diselenggarakan di Kampus Tribakti Lirboyo. Bersama-sama kita akan membahas tentang kesungguhan yang semakin hari semakin terkikis dan semakin krisis dari jiwa manusia Indonesia, terutama dari jiwa para pemimpinnya.


Continue reading Kesungguhan

Ngenes Diwalik Seneng

Pambuko Rutinan Sanggar Kedirian 25 Maret 2022

Boso wolak-walik biasa digawe karo arek arek malang, makan dadi nakam, sehat dadi tahes lan liyo-liyane. Semono ugo ukoro ngenes dadi seneng, sing saiki dadi tema rutinan Masyarakat Maiyah Sanggar Kedirian.

Diwolak-walik ukoro ngenes, seneng, ngenes, seneng kabeh ono maknane sing artine berkaitan. Ngenes lawan katane seneng lan seneng lawan katane ngenes.

Yen siro duwe roso ngenes sak jane iku wes cedak karo seneng. Kepriye carane? Yo kari malik wae. Dadi ora susah. Gampang to?

Tapi iso ugo iki dadi angel, yen ora duwe rumus sing iso malik ngenes dadi seneng. Kepriye nemuake rumus-rumus iku? Babagan iki bakal dirembuk ono ing rutinan Sanggar Kedirian. Mulo monggo sami rawuh ing rutinan Sanggar Kedirian:

Jumat malem Sebtu Legi, 25 Maret 2022 (dalu niki), bakdo Isya' ing kampus IAI Tribakti, Kota Kediri.
Continue reading Ngenes Diwalik Seneng

Tumpeng - Tumuju maring Pengeran

Pambuka Rutinan Sanggar Kedirian 18 Februari 2022

Kabeh manungso lahir procot kanti wuda, ora gawa apa-apa. Sak ler benang wae ora gawa, opo maneh emas pices rojo brono. Artine kabeh manungso asline ora duwe opo-opo, kabeh samu barang ono dunyo kagungane Gusti Allah.


Sekabehane wes dicumepaki Gusti Allah, manungso kari ngolah kanggo nyukupi kebutuhane. Ngolahe manungso ono lewat tani, dagang, guru, seniman, pejabat, presiden termasuk lewat upoyo jasa makelaran, lan liyo liyo.


Amergo kabeh mau asale kagungane allah, manungso kari ngolah manfaatne, mongko sejatine kabeh mau titapane Allah. Dadi wajar yen sakwajibe manungo mbaleke titipan mau marang Gusti Allah. Ukoro liyo, kabeh ditumujuake maring pengeran.


"Tumuju maring Pengeran" diringkes dadi "Tumpeng".


Monggo sedulur kabeh urun rembug babagan Tumpeng, mulai kahanan cilik sing biasa awake dewe lakoni. Monggo sami rawuh ing rutinan Sanggar Kedirian 18 Februari 2022, Jumat Malam Sabtu Legi. Manggon ing Kampus Tribakti, wiwit bakdo isyak ngati sak rampunge.


Continue reading Tumpeng - Tumuju maring Pengeran

Ikhlas Pasrah

Pambuka Rutinan Sanggar Kedirian 14 Januari 2022


Manungsa urip ora luput saka coba lan musibah. Ora sugih ora mlarat, ora ayu ora elek, ora cilik ora gedhe, ora rakyat ora pejabat, kabeh mesti tau ngalami.

Sehat iku coba, sakit ya coba. Sugih coba, mlarat ya coba. Nukil sithik saking dawuhe para sesepuh, ikhlas lan pasrah bisa dadi kunci ngudar njawab saka coba lan ujian Gusti Pengeran.

Mangga sedulur Sanggar Kedirian sami rawuh ing rutinan Sanggar Kedirian kanti tema "Ikhlas Pasrah" ing Jemuah malem Setu Legi, 14 Januari 2022. Manggon ing Kampus Tribakti Kota Kediri, mburi gedung pasca sarjana. Wekdal bakdo Isya' dumugi bibar.

Bismillah...

Continue reading Ikhlas Pasrah

Mahameru

Pambuko Rutinan Sanggar Kedirian 10 Desember 2021

Tema ini lahir sebagai respon atas beredarnya video erupsi Gunung Semeru yang viral beberapa hari lalu. Banyak dari kita yang tidak percaya dan bertanya mengapa sebelumnya tidak ada pemberitahuan dari BMKG? Apakah alat pendeteksi erupsinya benar-benar rusak atau murni keteledoran pihak BMKG? 

Sebenarnya pertanyaan seperti itu tidak penting-penting amat. Sebab mau dijawab selogis dan seilmiah mungkin, kita yang jauh dari lokasi kejadian tidak akan pernah tahu kebenarannya. Justru yang seharusnya kita ketahui ialah bagaimana membaca pertanda alam supaya kejadian seperti kemarin bisa diminimalisir dampaknya.

Soal membaca pertanda alam seperti itu, kita yang mengaku sebagai manusia modern paling beradab jelas tidak bisa dibandingkan dengan manusia kuno macam mbah-mbahane dewe. Hanya dengan niteni gelagat hewan-hewan yang mulai resah, suaranya saling bersahutan tak karuan, hingga secara berduyun-duyun turun gunung, mereka tahu bahwa keadaan sedang tidak baik-baik saja. 

Itu hanya sebagian kecil contoh membaca pertanda alam. Bagi yang tahu tanda-tanda lainnya bisa di-share agar menjadi bahan rembukan bersama. Atau barangkali ada yang mempunyai sudut pandang penghakiman ala-ala Islam Kaffah yang selalu mengaitkan gejala alam dengan murka Tuhan, silakan. Justru semakin menambah keluasan cakrawala pandang kita yang selama ini hanya mengenal Rahman-Rahim namun kurang familiar dengan Jabbar-Mutakabbir, Hasib dan Muntaqim. 

Juga jangan lupakan bahwa nama lain Semeru ialah Mahameru. Maha adalah ungkapan untuk menggambarkan ketakterhinggaan, keagungan. Sementara meru ialah tempat suci persemayaman dewa. Secara harfiah bisa diartikan sebagai pusat keagungan nan suci. Jangan-jangan erupsi kemarin yang mengagetkan itu tanpa disadari adalah karena ulah kita sendiri yang sudah mengotori salah satu tempat suci milik-Nya? Monggo dirembuk sareng-sareng dalam rutinan Sanggar Kedirian kali ini.

Continue reading Mahameru

SAWO (Sawwu Shufufakum)

Pambuko rutinan Sanggar Kedirian 5 November 2021

Belajar berjamaah, meneguhkan niat, memperbaiki segala kekurangan diri lalu merapatkan barisan membentuk barikade pasukan segelar sepapan. Mau pilih formasi yang mana? Supit urang, Garuda Nglayang, Wukir Jaladari atau Cakra Byuha? Monggo kerso, bebas dan terukur.


Disisi lain, hampir mirip seperti Pohon Sawo yang ditanam oleh para pengikut Pangeran Diponegoro dulu dengan nilai falsafah dan simbolisme yang tinggi, Ijasah Ikhlakul A'da' dari Mbah Nun untuk jamaah Maiyah juga sebuah simbolisme layaknya gaman-pusaka doa sebagai momentum awal penggemblengan diri, mematangkan karakter untuk menjadi individu yang lebih tangguh. Karena tidak ada musuh yang lebih dulu kita taklukan selain hawa nafsu kita. Selesai dengan diri kita sendiri.



Dalam sebuah riwayat Kanjeng Nabi nate dawuh: "Jihad paling utama adalah jihad melawan hawa nafsu diri sendiri."


Semangat untuk selalu memperbaiki diri ini yang nantinya diharapkan mampu membentuk landasan kesadaran "positioning", pondasi kesadaran "berani menjadi" dan sebagai "entry point" perjumpaan-perjumpaan dengan nilai-nilai kesadaran lain yang tentunya sesuai dengan "lelaku" masing-masing Jamaah Maiyah.


Jadi mari bersama-sama berbenah diri sebelum seruan “Sawwu Shufufakum" tiba. Sehingga nantinya dengan suara lantang dan tanpa rasa gamang kita siap menyambutnya: "Sami'na wa ato'na".


Continue reading SAWO (Sawwu Shufufakum)

Blokosutho in Love

Pambuko Rutinan Sanggar Kedirian 1 Oktober 2021

Pada Sanggar Kedirian edisi sebelumnya kita sudah sinau bareng tentang al-Qur'an, kesabaran dan keselarasan hati. Masing-masing dimensi tema itu memiliki ruang dan waktunya sendiri, memiliki pemahaman detail dan presisi yang tepat untuk diletakkan pada kalimat yang juga tepat.

Dalam perjalanan diri ini, kita bersama mencoba menyelami makna blokosutho. Apa sebenarnya maksud dari kata “blokosutho” atau “apa adanya” ini. Ada yang memiliki pendapat bahwa blokosutho adalah kejujuran sikap antara perkataan dan perbuatan. Ada juga yang memiliki pendapat bahwa blokosutho adalah menyampaikan informasi secara blak-blakan sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Jika A maka sampaikanlah A, jika B maka sampaikanlah B. Orang Islam sudah tidak asing lagi mendengar ungkapan "qulil haqqo walau kaana murron", katakanlah yang benar (jujur) meskipun itu pahit. Namun dalam hal ini jika kita linear cara berpikirnya bisa jadi yang terjadi adalah ketidakharmonisan. Lantas bagaimanakah yang mesti diterapkan? 

Kurang lebih dua tahun kita merasakan apa yang oleh seluruh penduduk bumi alami. Bercermin pada kebijakan pemerintah hampir seluruh regulasi yang pemerintah atur sepertinya belum menunjukkan adanya kesatuan pendapat, manajemen, dan langkah dalam menghadapi perkembangan situasi pandemi ini. Apakah kurang blokosutho informasi ataukah ada hal lain?

Jika dirasakan lebih dalam, apa-apa yang berlangsung di Sanggar Kedirian bisa dipandang sebagai proses transendensi perjalanan diri. Perjalanan bukan dalam arti menjauhkan diri dari dunia menuju ke akhirat, melainkan perjalanan dalam arti "mblokosutho” diri kepada kekuatan di luar diri kita yang menguasai hidup kita, yaitu Allah Swt. Suatu sikap yang berbanding terbalik dengan sikap menutup diri, entah karena kesempitan ilmu, prasangka buruk, dan sikap negatif lainnya.

Sebagai penanda, penerapan blokosutho sangat cetho dalam praktik majelis ilmu di Sanggar Kedirian. Sinau Bareng di Sanggar Kedirian tidak dapat dikatakan semata-mata sebagai pengajian dalam pengertian sempit, sebagaimana misal menempatkan satu figur sebagai titik pusat, sementara audiens lain sebatas pendengar-pasif. Justru di Sanggar Kedirian hubungan antara pembicara dan pendengar berpola dialogis, yakni tiap orang menjadi subjek-aktif silih berganti untuk sama-sama tumbuh dan belajar secara bersama. Selain itu, bukti keterbukaan forum Sanggar Kedirian adalah siap menerima respon dari mana saja.

Blokosutho in Love, itulah tema yang diangkat pada Sanggar Kedirian edisi Safar 1443 H. Apa maksudnya? Apa tujuan tema itu diangkat? Memang paradoks, blokosutho kok dijadikan tema? Tapi orang Maiyah tidak rumit dalam membaca tema. Orang Maiyah tidak pernah merasa rugi. Banyak hal yang didapatnya. Anggap saja tema hanya pijakan awal. Maiyah menawarkan banyak khasanah ilmu yang bisa dibawa pulang sebagai bekal.

Continue reading Blokosutho in Love

Sendhen Qur'an

Pambuko Rutinan Sanggar Kedirian 27 Agustus 2021

Sendhen, bersandar, padanan katanya dalam bahasa arab ialah sanad, yang juga bisa diartikan sandaran. Kegiatan bersandar biasanya dilakukan saat kita merasa lelah, tak berdaya. Namun ketidakberdayaan akibat pandemi ini justru semakin membuat kita jauh dari al-Quran. 

Buktinya, coba tanyakan pada diri anda masing-masing. Jika merasa jauh berarti benar dugaan saya. Namun jika merasa dekat, jangan-jangan anda sedang terkena salah satu penyakit hati yaitu 'ujub, membanggakan diri sendiri.

Imam al-Ghazali menyebut 'ujub sebagai penyakit kronis. Kepada dirinya sendiri, pengidap penyakit ini merasa mulia dan dan besar diri, sementara kepada orang lain ada kecenderungan untuk meremehkan dan merendahkan.Untuk mengobati penyakit hati macam 'ujub itu, orang Jawa zaman dahulu membuat ramuan khusus yang dikumpulkan dalam syi'iran Tombo Ati.

"Tombo ati iku ana limang perkara" "Kaping pisan moco qur'an sak maknane" "Kaping pindo sholat wengi lakonono" "Kaping telu wongkang sholeh kumpulono"

"Kaping papat weteng siro kudu luwe" "Kaping limo dzikir wengi ingkang suwe" "Salah sawijine sopo biso ngelakoni" "Insya Allah Gusti Pengeran ngijabahi"

Nah, pertanyaannya, mengapa obat penyakit hati yang pertama bukan sholat malam atau berkumpul dengan sholihin atau dzikir bermunajat atau menahan lapar namun justru moco qur'an sak maknane? Apakah itu hanya sekedar urut-urutan untuk menyeimbangkan rima atau ada hierarki pemaknaan di dalamnya? 

Di tengah situasi yang tidak pasti, beredar banyak informasi yang tidak jelas antara  kebenarannya dan kesalahannya. Maka manusia perlu rujukan informasi yang dipastikan kebenarannya. Apakah itu?

Mungkin itu bisa menjadi pemantik awal diskusi rutinan ini. Monggo hadir dalam rutinan Sanggar Kedirian, pada Jumat malam Sabtu Legi 27 Agustus 2021 di Kampus Tribakti Kota Kediri, mulai pukul 20.30 WIB.

Continue reading Sendhen Qur'an

Gak Bar-Bar..!!, Sabaaar..?!

Pambuko rutinan Sanggar Kedirian 23 Juli 2021


Berduyun-duyun sejumlah orang, belasan, puluhan namun belum pernah hingga berjumlah hingga ratusan orang duduk melingkar sambil ngopi, tertawa, bergembira. Ada pula yang sambil ngudud namun akan dimatikan batangnya ketika saatnya sholawatan dan wiridan. Semua hanyut dalam kekhusyukan kerinduan. Itulah gambaran suasana Sinau Bareng di Sanggar Kedirian, salah satu Majelis Maiyah yang telah diselenggarakan hampir satu dekade.


Berawal dari segelintir orang, kemudian belasan hingga kini mencapai puluhan. Di setiap malam Sabtu Legi bersama duduk melingkar, bertukar pikiran, berbagi pengetahuan membunuh kesombongan ego intelektual, tak ada yang merasa lebih tahu, tak ada yang dianggap paling dungu, semua berproses mencari kebenaran di dalam kesabaran, bukannya saling tuding menyesat-sesatkan pandangan.


Tak mudah menjaga keberlangsungan forum Sinau Bareng ini. Keswadayaan bersama membangun kesadaran organisme yang terus menerus meniti kesabaran untuk tidak tergoda memadatkan dirinya menjadi suatu identitas komunal tertentu, apakah itu organisasi massa (ormas), perkumpulan, yayasan, perguruan, atau bentukan-bentukan lain. Di sini tampak bahwa kesabaran yang ditempuh Maiyah tidak berarti kelambanan atau stagnasi dalam geraknya, bahkan di dalamnya secara personal berlangsung pusaran yang terus menerus nggiser. Namun demikian, sejak adanya pandemi Covid-19-yang sudah berlangsung kurang lebih 16 bulan hingga entah sampai kapan hal ini akan berlangsung-terjadi dampak kepada pola kehidupan kita bahkan juga mungkin pada pendapatan kita dan banyak hal lain yang mungkin kita mengalami apa yang disebut sebagai kekacauan batin dan pikiran. Baik dari kebijakan pejabatnya, kebenaran informasinya, kepentingan pribadi-pribadi manusianya dan segala macam hal yang terkesan tidak becus dan serius pengelolaannya. 


Dari kerangka itulah bagaimana kita saling menguatkan batin agar tidak terlibat dalam kekacauan ini? Meskipun dalam keadaan yang seperti ini, adakah kita menemukan jawaban terhadap taddaburan kita selama ini?


Mbah Nun pernah menyinggung idiom ”La'ibun wa lahwun" dalam Surat al-An'am ayat 32, “Wa mal hayatud dunya illa la'ibun wa lahwun, walad darul akhiratu khairul lillazdiina yattaquun, afalaa ta'qiluun.” Artinya: ”Dan setiap kehidupan yang ada di dunia ini tiada lain kecuali permainan dan senda gurau, dan sungguh akhirat adalah tempat yang terbaik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” Pendek kata, Mbah Nun mengingatkan bahwa jauh-jauh hari Gusti Allah sudah memperingatkan bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah permainan, tinggal kita mampu untuk memahaminya atau tidak. Memangnya kalau sudah paham lantas mau bagaimana? Nah itulah salah satu pertanyaannya. Barangkali bisa dijadikan sebagai bahan pemantik diskusi rutinan Sanggar Kedirian malam ini. Monggo...


Continue reading Gak Bar-Bar..!!, Sabaaar..?!

Tirakat Milad Sanggar Kedirian

21 Agustus 2019

Redaksi

Di antara macam-macam jenis ibadah kepada Allah, selain yang diperintah melalui Nabi dan Rosul yang disebut ibadah Mahdhoh ada pula ibadah kepada Allah yang juga bisa kita inisiatifi sendiri. Dimana manusia mendapatkan kesempatan untuk menciptakan cara dan konteksnya melalui ibadah Muamalah. “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS. Adz Dzariyat: 56), sehingga semua apapun yang dilakukan manusia seharusnya diniatkan hanya untuk beribadah kepada Allah. Salah satunya adalah jenis puasa, yang bisa kita hikmahi untuk memperkaya batin kita di luar ibadah puasa Mahdhoh yang diperintahkan. Kita inisiatifi dari nurani atau dari kesadaran batin, baik untuk pendalaman, pengolahan dan pendadaran batin beserta harapan pertolongan-pertolongan dari Allah. Sehingga utamanya dalam berpuasa ini adalah kemampuan kita dalam kesadaran menemukan batasan-batasan tertentu dalam berbagai bidang. Dan pembatasan itulah hakikat puasa, minimal dengan berpuasa kita tidak jadi melakukan suatu kemaksiatan. Jadi di samping kita melakukan puasa sebagai bentuk kepatuhan kepada perintah Allah SWT, juga alangkah indahnya kalau kita juga mencari bentuk-bentuk puasa dari berbagai macam jenis, yang munculnya tidak karena Allah menyuruh, tetapi karena kita memiliki kesadaran bahwa kita harus melakukan pembatasan-pembatasan dan itulah puasa di dalam inisiatif kita sendiri.

Dalam rangka memperingati milad Sanggar Kedirian ke-7 ini, bersama kita menginisiatifi untuk melakukan puasa pada hari jumat tanggal 23 Agustus 2019. Dan kita melakukan buka puasa bersama di Hutan Joyoboyo sekaligus tumpengan sebagai wujud syukur kita.

Redaksi Sanggar Kedirian

Continue reading Tirakat Milad Sanggar Kedirian

Memenjarakan Diri Sendiri

7 Oktober 2019

Gatot SP

Terkadang kita sering memenjarakan diri sendiri dengan menyempitkan makna sebuah kata. Mrongos, misalnya, kita memaknainya sebagai seseorang yang diberi kelebihan gigi dibandingkan orang pada umumnya. Dan orang yang kita anggap mrongos akan tersinggung jika kita menyebutnya seperti itu karena menganggap mrongos itu jelek.

Pertanyaannya, siapa yang menyatakan kalau mrongos itu jelek? Darimanakah stereotip tersebut berasal? Apakah dari lingkungan sekitar atau dari diri kita sendiri? Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang patut kita simulasikan sebelum terlalu jauh menuduh Tuhan telah menciptakan sesuatu yang jelek.

Maka mari kita lapangkan dada, meluaskan cakarawala pikiran, dan jangan terburu-buru menyikapi sesuatu yang mungkin belum kita ketahui duduk perkaranya.

Continue reading Memenjarakan Diri Sendiri

Jangan Sempit!

10 November 2019

Gatot SP

Terkadang kita sering memenjarakan diri sendiri dengan kesempitan dalam pemaknaan sebuah kata yang disepakati antara manusia satu dengan manusia yang lainnya.

Semisal dicontohkan manakala seseorang yang kebetulan diberi kelebihan gigi daripada umumnya (mrongos). Manakala dia dibilang mrongos dia akan marah. Karena mrongos dianggapnya jelek.

Siapa bilang kalau mrongos itu jelek?

Pemikiran kita sendiri yang menganggap bahwa mrongos itu jelek. Ditambah perasaan yang seakan mengiyakan bahwa mrongos tersebut jelek.

Dan tanpa sadar kita menuduh Tuhan yang membuatnya jelek.

Maka mari kita lapangan dada, jangan sempit dalam berfikir dan menyikapi sesuatu yang mngkin kita tidak tahu apa maksud dibalik itu, karena kita punya batasan.

Continue reading Jangan Sempit!

Maiyah Antar Faham

29 Juli 2019


عَنِ إبْنِ عَباس رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَإِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ. (رواه النسائي و ابن ماجه والبيهقي وغيرهم)

Artinya : Dari Ibnu Abbas rodhiallohu ‘anhuma berkata, Rasulullah ﷺ bersabda: “Jauhkan diri kalian dari berlebih-lebihan (ghuluw) dalam agama. Sesungguhnya berlebih-lebihan dalam agama telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.”_ (HR. An-Nasa’i 5/268, Ibnu Majah no.3029, Al-Baihaqi, At-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, Ibnu Hibban, dan Ibnu Khuzaimah)

Pelajaran:

  1. Yang dimaksud “Ghuluw” dalam hadits ialah berlib dalam melaksanakan agama sampai melampaui batas.
  2. Nabi ﷺ memperingatkan ummatnya dari sikap ghuluw dan mengatakan dengan jelas bahwa itu adalah sebab kehancuran dan kebinasaan, karena menyelesihi syari’at dan menjadi penyebab kebinasaan ummat-ummat terdahulu.
  3. Bahkan ghuluw menyebabkan manusia bisa menjadi kafir dan meninggalkan agama mereka.
  4. Di antara bentuk ghuluw, yaitu sikap ghuluw terhadap orang-orang shalih dengan mengagungkan mereka, membangun kubur-kubur mereka, membuat patung-patung yang menyerupai mereka, bahkan sampai akhirnya mereka disembah.

Ayat Al-Qur’an

Penyakit pertama yang paling besar yang terjadi pada kaum Nûh Alaihissallam , sebagaimana Allâh Azza wa Jalla telah mengabarkan tentang mereka;

قَالَ نُوحٌ رَبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِي وَاتَّبَعُوا مَنْ لَمْ يَزِدْهُ مَالُهُ وَوَلَدُهُ إِلَّا خَسَارًا ۞ وَمَكَرُوا مَكْرًا كُبَّارًا ۞ وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا ۞ وَقَدْ أَضَلُّوا كَثِيرًا ۖ وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا ضَلَالًا

“Nuh berkata, ‘Ya Rabbku, sesungguhnya mereka durhaka kepadaku, dan mereka mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya hanya menambah kerugian baginya, dan mereka melakukan tipu daya yang sangat besar.” Dan mereka berkata, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa’, Yaguts, Ya‘uq dan Nasr. Dan sungguh, mereka telah menyesatkan orang banyak; dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan.” [QS. Nûh/71: 21-24]

والله اعلم بالصواب…

Semoga kita selalu mendapatkan ilmu manfaat dan dimudahkan beramal sholeh. Hanya Allah-lah yang memberi taufik dan hidayah…

Continue reading Maiyah Antar Faham

Mangiyah, Menyatukan Alam Dan Waktu

29 Juli 2019

Waktu sangatlah berharga. Begitu berharganya waktu, menyia-nyiakannya adalah bentuk puncak kerugian, bahkan lebih berbahaya dari kematian.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,

إضاعةُ الوقت أشدُّ من الموت ؛ لأنَّ إضاعة الوقت تقطعك عن الله والدار الآخرة، والموتُ يقطعك عن الدنيا وأهلها

“Menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya dari kematian, karena menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu dari Allah dan negeri akhirat, sedangkan kematian hanya memutuskan dirimu dari dunia dan penduduknya”. [Al-Fawaid hal 44]

Kita sadari bahwa Mayoritas manusia banyak lalai dan menyia-nyiakan waktu.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

“Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang” (HR. Bukhari no. 6412)

Waktu memang sangat berharga dan harus dipergunakan dengan sebaik mungkin untuk hal-hal yang bermanfaat agar kita selamat dunia akhirat.

Semoga Bermanfaat.

Continue reading Mangiyah, Menyatukan Alam Dan Waktu

Barok-ah Kopi-kiran

5 Mei 2020

Review Tema Rutinan Sanggar Kedirian 13 Juli 2017

Teman-teman Sanggar Kedirian memang sangar, memilih judul seperti di atas. Mencari teman yang tidak tampak untuk diajak berpikir. Kopi dan rokok.

Berkaitan dengan kopi ternyata mengandung keberkahan yang besar di sana. Tentu bagi yang lambungnya bermasalah bersedia merelakan untuk orang lain. Siapkan kopi murni. Jangan kopi jitu, kopine siji jagunge pitu. Guna mencari berkah di dalamnya.

Al-Habib Ahmad bin Hasan al-Attas menyampaikan bahwa membuat kopi panas dapat mengusir jin dari dalam rumah

وكان الحبيب أبو بكر بن عبد الله العطاس يقول : إن المكان الذي يُترك خالياً يسكنون فيه الجن ، والمكان الذي تفعل به القهوة لا يسكنونه الجن ولا يقربونه.

Bahwasanya al-Habib Abu Bakar bin Abdillah al-Attas berkata, “Sesungguhnya tempat rumah kalau ditinggalkan dalam keadaan sepi/kosong maka para jin akan menempatinya. Sedangkan rumah/suatu tempat yang mana di situ biasa membuat hidangan minuman kopi, maka para jin tidak akan bisa menempatinya dan tidak akan bisa mendekat/mengganggu.”

Sumber Kitab Tadzirunnas, hal. 177. Dalam Tarikh Ibnu Toyyib dikatakan:

يا قهوة تذهب هم الفتى # انت لحاوى العلم نعم المراد

شراب اهل الله فيه الشفا # لطالب الحكمة بين العباد

حرمها الله على جاهل # يقول بحرمتها بالعناد

“Kopi adalah penghilang kesusahan pemuda, senikmat-nikmatnya keinginan bagi engkau yang sedang mencari Ilmu”

“Kopi adalah minuman orang yang dekat kepada Allah, di dalamnya ada kesembuhan bagi pencari hikmah di antara manusia”

“Kopi diharamkan bagi orang bodoh yang mengatakan keharamannya dengan keras kepala”

Komentar al-Imam Ibnu Hajar al-Haitami:

ثم اعلم ايها القلب المكروب أن هذه القهوه قد جعلها اهل الصفاء مجلبة للأسرار مذهبة للأكدار وقد اختلف في حلها اولا وحاصل ما رجحه ابن حجر في شرح

العباب بعد ان ذكر أنها حدثت في اول قرن العاشر . ان للوسائل حكم المقاصد ،فمهما طبخت للخير كانت منه وبالعكس فافهم الأصل

“Lalu ketahuilah duhai hati yang gelisah bahwa kopi ini telah dijadikan oleh Ahli Shofwah (Orang-Orang yang bersih hatinya) sebagai pengundang akan datangnya cahaya dan rahasia Tuhan, penghapus kesusahan.”

Para ulama berbeda pendapat akan kehalalannya. Namun alhasil yang diunggulkan oleh Ibnu Hajar dalam Kitab Syarhul Ubab setelah penjelasan bahwa asal usul kopi di awal abad kesepuluh hijriyah memandang dari qo’idah “bagi perantara menjadi hukum tujuannya, maka selama kopi ini dimasak untuk kebaikan maka mendapat kebaikannya begitu juga sebaliknya, maka fahami asalnya.”

Suatu ketika as-Sayyid Ahmad bin Ali Bahr al-Qadimi berjumpa dengan Nabi Muhammad Saw. dalam keadaan terjaga. Ia berkata kepada Nabi Saw., “Wahai Rasulullah, aku ingin mendengar hadits darimu tanpa perantara”. Rasulullah Saw kemudian Bersabda, “Aku akan memberimu tiga hadits yang salah satunya: Selama bau biji kopi ini masih tercium aromanya di mulut seseorang, maka selama itu pula malaikat akan beristighfar (memintakan ampun) untukmu.”

اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله واصحا به وسلم

____________________________

*Selama Ramadhan, Rublik Piwedar sanggarkedirian.com akan me-review tema rutinan Sanggar Kedirian yang telah lampau. Rublik ini diasuh oleh Kang Bustanul ‘Arifin.

Continue reading Barok-ah Kopi-kiran