Kuwad-Dungan

Pambuko Rutinan Sanggar Kedirian 30 Desember 2022

Dalam Al-quran surat Al-mukmin ayat 60 Allah berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenankan bagimu". Begitu jelas dan gamblang Allah mengabarkan janjiNya kepada hamba-hambaNya. Namun seorang bijak juga pernah berkata, "Yang membumbung hanyalah mimpi, adapun permintaan mesti tahu diri".

Dari batasan tahu diri ini mari kita sinau bareng, seberapa kuat sih doa yang kita mohonkan kepada Gusti Allah setiap hari sehingga mampu menggetarkan pilar-pilar langit-Nya? Jangan-jangan selama ini ketika kita berdoa hanya memamerkan makhrajnya, fasihnya, dan hafalan doanya saja? Atau jangan-jangan selama ini doa kita hanya sebatas rentetan daftar keinginan yang mendikte kehendak Sang Pencipta?

Lantas apakah cukup kita berdoa dengan berbekal haqqul yaqin saja, padahal minimal ada 3 lapis langit yang harus kita panjat saat berdoa: langit harapan, langit keyakinan dan langit kepastian (takdir). Itupun kita belum menyentuh wilayah hijab (tabir/penutup) dari doa-doa yang kita mohonkan.
Continue reading Kuwad-Dungan

Ngramut Adab

Pambuko Rutinan Sanggar Kedirian 25 Novermber 2022

Nusantara telah memiliki peradaban yang luar biasa, bahkan di Nusantara ini menjadi pusat peradaban dunia. Banyak bukti-bukti menunjukan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia ini adalah orang-orang hebat, salah satu bukti yang bisa kita lihat dan rasakan manfaatnya sampai sekarang adalah Candi Borobudur yang dibangun pada masa Dinasti Syailendra dengan waktu hampir 1 abad proses penyelesaiannya. Dengan waktu 100 tahunan berarti untuk membangun Borobudur melewati pergantian beberapa raja. 

Disinilah karakter yang dimiliki leluhur kita yang berfikir jauh untuk anak cucu. Bukan untuk kepentingan sesaat mumpung berkuasa demi kepentingan pribadi. Nenek moyang kita mengajarkan tentang adab dalam kehidupannya untuk diwarisi anak cucu. Adab terhadap diri sendiri, adab terhadap jabatan, adab terhadap yang lebih tua, adab terhadap rakyatnya, bahkan adab terhadap anak cucu yang jauh berabad-abad yang akan datang yakni kita saat ini yang berada dalam negara Republik Indonesia.

Nenek moyang kita membangun peradaban dengan menjunjung tinggi adab. Atas hal ini, marilah kita duduk melingkar bersama dalam Rutinan Sanggar Kedirian bicara tentang adab yang diwariskan leluhur kita. Dalam situasi kekinian adab mulai ditinggalkan bahkan diremehkan, Sanggar Kedirian memantik kita semua dalam bahasan Ngramut Adab.

Monggo hadir dalam rutinan Majelis Masyarakat Maiyah Sanggar Kedirian, pada Jumat malam Sabtu Legi, 25 November 2022, jam 20.00 WIB. Bertempat di Kampus Tribakti, Kota Kediri.
Continue reading Ngramut Adab

Satukan Tujuan, Sampingkan Identitas Kedaerahan

Reportase Majelis Masyarakat Maiyah Sanggar Kedirian Tema Stadium Kanjuruhan, 21 Oktober 2022.

Oleh: Arsuma Wisnu


Kegiatan rutinan Majelis Masyarakat Maiyah Sanggar Kedirian pada hari Jum'at, 21 Oktober 2022 berhasil dilaksanakan dengan lancar di Kampus IAI Tribakti Kota Kediri. Rutinan ini merupakan sebuah bentuk penghayatan untuk mencari dan merumuskan tentang apa yang terjadi terhadap sebuah perkembangan ilmu pengetahuan, kondisi sosial masyarakat, serta berperan menentramkan seluruh umat dan seluruh alam.

Tema rutinan mengangkat tentang "Stadium Kanjuruhan" dimana makna pada tema ini bukan hanya tentang bangunan/fisik yang digunakan untuk acara olahraga, akan tetapi jika kembali diresapi adalah bagaimana tentang tingkatan dalam daur hidup/perkembangan suatu proses.

Belasungkawa sedalam-dalamnya terhadap korban yang tidak bersalah, semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT. Dengan apa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, 1 Oktober lalu, semoga menjadi yang terakhir.

Ini adalah momen bagi seluruh umat untuk bersatu. Sampingkan identitas kedaerahan yang selama ini telah memecah belah kita semua, satukan tujuan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Dengan kita bersatu, semua ujian yang akan dihadapi pada tingkatan yang lebih berat dan tidak mudah akan menjadi lebih mudah untuk dicarikan jalan keluar alternatif terbaik.
Continue reading Satukan Tujuan, Sampingkan Identitas Kedaerahan

Stadium Kanjuruhan

Pambuko Sanggar Kedirian 21 Oktober 2022

Baru-baru ini kita semua patut berduka atas kejadian yang menimpa dulur-dulur kita di Kanjuruhan. Kejadian yang memakan korban ratusan manusia. Namun apalah arti sebuah peristiwa, jika kita tidak bisa memetik hikmahnya? Bukankah sudah kewajiban kita (Jamaah Maiyah) untuk bersama mengais hakikat yang terserak, merawat yang terluka dan merangkul yang terpinggirkan dari setiap sendi dan nadi kehidupan? 

Selayak memberi tafsir pada permainan sepak bola rasanya memang seperti menelaah kehidupan. Didalamnya ada proses, ada filosofi yang mendasari suatu motif perbuatan. Ada tangis dan tawa, ada konsekuensi, ada kegelisahan, ada rasa marah, ada rasa malu, ada rasa cinta dan saya yakin masih banyak lagi yang lainnya. Seakan sepak bola menjelma menjadi hidup itu sendiri, namun tentunya dengan konstruk dan sistem yang berbeda.

Ambil saja satu contoh dari konstruk di atas, misalnya rasa cinta. Cinta pada sepak bola. Kerelaan berjubel, berbondong-bondong, berjejal mengantri, kepanasan - kehujanan sekian jam untuk menyaksikan tim kesayangannya. Dan jika seandainya saja kecintaan serta kegilaan itu pula yang digunakan untuk menuju Allah dan Rasul-Nya, bisa kita bayangkan dahsyatnya. 

Kemudian mari kita pertajam entry point-nya. Setelah lebih dari dua dekade berlalu, kejadian yang sama di Peru yang kemudian menempatkan peristiwa Kanjuruhan kemarin berada di posisi terburuk ke-2 di dunia. Selama kurun waktu 20 tahun tersebut, apa yang terjadi dengan kita? Tidakkah kita mau berkaca sebentar saja dan bertanya dalam hati kecil kita masing-masing: Sebenarnya saat ini kita ada di stadium yang mana?

Kalau menyitir Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata stadium bisa diartikan tingkatan dalam daur hidup atau perkembangan dari suatu proses. Atau cara jawane: Wis sampek tekan endi rek awake dewe berproses? sampai stadium berapa? Stadium yang mana? Stadium "Kanjuruhan"-kah??

Tanpa bermaksud untuk menyinggung siapa pun, tidak pula bermaksud untuk menghakimi siapa dan apa pun itu. Bermuhasabah dan membiasakan diri bersujud dalam posisi apa pun. Menang atau kalah, senang atau sedih. Lalu kemudian sewajarnya, bahkan selayaknya bertawakal dan bersyukur karena telah melakukan segala hal terbaik yang kita bisa.

Maka kata Allah, "Wa yarzuqhu min haitsu laa yahtasib". Janji Allah untuk hambanya yang tawakal dalam rentetan lika-liku kehidupan yaitu mengganti semuanya dengan kelapangan rezeki dari arah yang tidak kita sangka. 

Monggo duduk melingkar dalam satu lingkaran kebersamaan. Ber-muhasabah, saling sinau, mengaji dan mengkaji segala hal dari berbagai sudut pandang. Mengakrabkan diri dengan kesejatian. Menempa jiwa melalui rasa cinta dengan puncak kerinduan pada Allah dan Kanjeng Nabi Muhammad Saw. 

Sampai bertemu di Rutinan Majelis Sanggar Kedirian di Kampus Tribakti yo, Lurr. Jumat malam Sabtu Legi, 21 Oktober 2022, pukul 19.30-23.00 WIB di Kampus Tribakti, Kota Kediri.

🙏🏻Salam-Salim🙏🏻
Continue reading Stadium Kanjuruhan

Ganteng Renteng

Catatan singkat rutinan Sanggar Kedirian dengan tema Gandeng Renteng

Sejenak berfikir bersama tentang kehidupan dan bangsa, puluhan jamaah Maiyah kemarin malam Sabtu Legi berkumpul, bersholawat, berdiskusi, berdoa bersama di sudut ruang kampus IAI Tribakti, Kota Kediri.

Dalam kesempatan kali ini, mengusung tema "Gandeng Renteng," sebuah tema yang cukup menarik jika dikaitkan dengan kehidupan manusia, kondisi bangsa saat ini, dan lain sebagainya. Dalam situasi kondisi bangsa yang tidak menentu seperti sekarang ini, berkumpul bersama dan berfikir bersama sangatlah diperlukan dengan harapan dan tujuan agar tercapai sebuah pemikiran yang tepat, sehingga langkah yang diambil pun akan tepat pula.

Dalam acara ngumpul bareng tersebut, dulur-dulur jamaah Maiyah juga ditemani seorang pagar keilmuan sekaligus dosen di IAI Tribakti, dan juga seorang budayawan yang cukup kompeten di bidangnya, yaitu KH. Bustanul Arifin.

Sesi demi sesi telah dilalui dan tak terasa waktu sudah larut malam, hingga acara pun diakhiri dengan mahallul qiyam dan doa oleh Pak Bustanul Arifin. Semoga acara tersebut bermanfaat bagi semua. Amin.

(Hartono Basingkem)

Continue reading Ganteng Renteng

Gandeng Renteng

Pambuko Rutinan Sanggar Kedirian dan Tawashshulan Edisi September 2022

Tuhan pencipta alam semesta menciptakan semua ciptaan-Nya dengan berpasangan-pasangan. Tanpa kita sadari antara satu dengan yang lain, tidak memiliki fungsi yang sama. Akan tetapi antara satu dengan yang lain bisa saling melengkapi. Tanpa kita sadari, poros pergerakan dunia ini berjalan dengan seimbang, tanpa ada cacat satu apapun, 

Apakah kita pernah berfikir tentang korelasi antara manusia dengan alam semesta ini?

Apakah kita pernah berfikir tentang fungsi diri kita masing-masing di dunia ini?

Bagaimana cara kita menempatkan diri di dalam tugas yang telah kita emban sejak kita dilahirkan di dunia ini? 

Apa peran kita dalam qudroh dan irodah Allah di sendi-sendi kehidupan yang kita lalui? 

Bagaimana tindakan kita agar kehidupan yang kita arungi ini bisa terus seimbang sampai hari akhir nanti? 

Mari kita diskusikan bersama-sama, adu dengkul pada rutinan maiyahan Sanggar Kedirian dan tawashshulan pada hari Jumat malam Sabtu Legi, 16 September 2022. Lokasi di Kampus Tribakti, Kota Kediri. Jam 19.00 WIB sampai selesai.

(Hartono Basingkem)
Continue reading Gandeng Renteng

Among Jiwa-Among Raga

Mukadimah Sanggar Kedirian edisi 8 Juli 2022

Tema ini berangkat dari situasi dan kondisi kesehatan para guru Maiyah, Simbah Ahmad Fuad Efendi dan Simbah Muhammad Ainun Nadjib yang belakangan ini mengalami sakit. Dan kondisi beberapa keluarga Maiyah Sanggar Kedirian yang juga mengalami hal yang sama.

Atas dasar kondisi tersebut maka Simpul Maiyah Sanggar Kedirian mengangkat tema "Among Jiwa-Among Raga". Among sendiri dalam bahasa Jawa memiliki makna menjaga, "Among Jiwa - Among Raga" berarti "Menjaga Jiwa - Menjaga Raga" yang intinya adalah menjaga kesehatan.

Ketika pembahasan tema ini, beberapa poin terkait kesehatan sempat muncul. Di antaranya:
1. Mandi di sepertiga malam untuk menjaga kesehatan
2. Khasiat air embun yang didoakan konon bisa untuk obat segala macam penyakit
3. Rutin mengkonsumsi madu dan jinten hitam sebagaimana sunnah Kanjeng Nabi.
4. Rutin berolahraga
5. Menjaga gaya hidup (menghindari mengkonsumsi makanan yang cepat saji)
Dst.

Mari melingkar bersama, bersilaturahmi dan berdiskusi membahas apa saja yang terkait erat dengan kesehatan, pada :

Hari : Jum'at Kliwon malam Sabtu Legi
Tanggal : 8 Juli 2022
Pukul : 19.00 - Selesai
Tempat : Kampus IAI Tribakti Kediri.
Continue reading Among Jiwa-Among Raga

Kesungguhan

Mukadimah Sanggar Kedirian Edisi Ramadhan 1443 H (29 April 2022)

"Qulnaa yaa naaru kuunii bardan wasalaaman 'alaa Ibrahim". Wahai api jadilah dingin, dan jadilah keselamatan bagi Ibrahim. Surat Al-anbiya' ayat 69.

Di banyak sumber disebutkan bahwa asbabun nuzul ayat tersebut adalah ketika Nabi Ibrahim dibakar hidup-hidup oleh Raja Namrud. Ketika itu banyak malaikat yang menawarkan bantuan kepada Nabi Ibrahim. Ada yang akan menyiram dengan air, ada yang akan mendatangkan angin agar api padam, dll. Namun Nabi Ibrahim tidak berkenan menerima semua bantuan dari para malaikat tersebut. Nabi Ibrahim tetap bergantung pada bantuan dan pertolongan Allah. Kemudian ayat tersebut turun lalu mawujud menjadi dinginnya api yang membakar Nabi Ibrahim sehingga api tersebut tidak membakar Nabi Ibrahim sedikitpun.

Ada cerita hikmah yang menyertai kejadian tersebut yang jarang diceritakan, namun pernah Mbah Nun sampaikan di beberapa forum beliau. Cerita tentang kisah tentang seekor semut ireng atau semut hitam yang pada saat Nabi Ibrahim dibakar ia membawa setetes air yang ia maksudkan untuk menetesi kobaran api yang begitu besar dan dahsyat yang digunakan untuk membakar Nabi Ibrahim. Seekor semut ireng ini ditertawakan dan diejek oleh kawanan makhluk lain yang melihat kejadian tersebut. Mereka berkata, "Hai semut! Mana mungkin engkau bisa memadamkan api yang begitu besarnya hanya dengan setetes air yang engkau bawa?" Semut ireng menjawab, "Aku sadar kalau setetes air yang aku bawa ini tidak mungkin bisa memadamkan api yang sangat besar itu. Namun setidaknya aku ingin menunjukkan kepada Allah dan kepada Nabi Ibrahim bahwa aku sungguh-sungguh membela Nabi Ibrahim, aku sungguh-sungguh membela kebenaran." Dan keajaiban pun terjadi, niat baik dan kesungguhan seekor semut ireng dijawab oleh Allah dengan menurunkan satu ayat yang sekaligus menjadi perintah bagi api untuk menjadi dingin dan bersifat tidak membakar Nabi Ibrahim. 

Dari sepenggal cerita hikmah tersebut,  pelajaran atau hikmah yang dapat kita ambil adalah sebuah kesungguhan. Dimana sebuah kesungguhan inilah yang barangkali membuat kita ditolong dan dikasihi oleh Allah. Sebuah kesungguhan pulalah yang kiranya membuat perjuangan menjadi berhasil. Sebagaimana kalam yang sudah sangat masyhur kita ketahui, "Man jadda wajada", barangsiapa bersungguh-sungguh ia akan berhasil.

Mari duduk melingkar bersama pada Majelis Rutinan Sanggar Kedirian yang nanti malam akan diselenggarakan di Kampus Tribakti Lirboyo. Bersama-sama kita akan membahas tentang kesungguhan yang semakin hari semakin terkikis dan semakin krisis dari jiwa manusia Indonesia, terutama dari jiwa para pemimpinnya.


Continue reading Kesungguhan

Ngenes Diwalik Seneng

Pambuko Rutinan Sanggar Kedirian 25 Maret 2022

Boso wolak-walik biasa digawe karo arek arek malang, makan dadi nakam, sehat dadi tahes lan liyo-liyane. Semono ugo ukoro ngenes dadi seneng, sing saiki dadi tema rutinan Masyarakat Maiyah Sanggar Kedirian.

Diwolak-walik ukoro ngenes, seneng, ngenes, seneng kabeh ono maknane sing artine berkaitan. Ngenes lawan katane seneng lan seneng lawan katane ngenes.

Yen siro duwe roso ngenes sak jane iku wes cedak karo seneng. Kepriye carane? Yo kari malik wae. Dadi ora susah. Gampang to?

Tapi iso ugo iki dadi angel, yen ora duwe rumus sing iso malik ngenes dadi seneng. Kepriye nemuake rumus-rumus iku? Babagan iki bakal dirembuk ono ing rutinan Sanggar Kedirian. Mulo monggo sami rawuh ing rutinan Sanggar Kedirian:

Jumat malem Sebtu Legi, 25 Maret 2022 (dalu niki), bakdo Isya' ing kampus IAI Tribakti, Kota Kediri.
Continue reading Ngenes Diwalik Seneng

Tumpeng - Tumuju maring Pengeran

Pambuka Rutinan Sanggar Kedirian 18 Februari 2022

Kabeh manungso lahir procot kanti wuda, ora gawa apa-apa. Sak ler benang wae ora gawa, opo maneh emas pices rojo brono. Artine kabeh manungso asline ora duwe opo-opo, kabeh samu barang ono dunyo kagungane Gusti Allah.


Sekabehane wes dicumepaki Gusti Allah, manungso kari ngolah kanggo nyukupi kebutuhane. Ngolahe manungso ono lewat tani, dagang, guru, seniman, pejabat, presiden termasuk lewat upoyo jasa makelaran, lan liyo liyo.


Amergo kabeh mau asale kagungane allah, manungso kari ngolah manfaatne, mongko sejatine kabeh mau titapane Allah. Dadi wajar yen sakwajibe manungo mbaleke titipan mau marang Gusti Allah. Ukoro liyo, kabeh ditumujuake maring pengeran.


"Tumuju maring Pengeran" diringkes dadi "Tumpeng".


Monggo sedulur kabeh urun rembug babagan Tumpeng, mulai kahanan cilik sing biasa awake dewe lakoni. Monggo sami rawuh ing rutinan Sanggar Kedirian 18 Februari 2022, Jumat Malam Sabtu Legi. Manggon ing Kampus Tribakti, wiwit bakdo isyak ngati sak rampunge.


Continue reading Tumpeng - Tumuju maring Pengeran

Ikhlas Pasrah

Pambuka Rutinan Sanggar Kedirian 14 Januari 2022


Manungsa urip ora luput saka coba lan musibah. Ora sugih ora mlarat, ora ayu ora elek, ora cilik ora gedhe, ora rakyat ora pejabat, kabeh mesti tau ngalami.

Sehat iku coba, sakit ya coba. Sugih coba, mlarat ya coba. Nukil sithik saking dawuhe para sesepuh, ikhlas lan pasrah bisa dadi kunci ngudar njawab saka coba lan ujian Gusti Pengeran.

Mangga sedulur Sanggar Kedirian sami rawuh ing rutinan Sanggar Kedirian kanti tema "Ikhlas Pasrah" ing Jemuah malem Setu Legi, 14 Januari 2022. Manggon ing Kampus Tribakti Kota Kediri, mburi gedung pasca sarjana. Wekdal bakdo Isya' dumugi bibar.

Bismillah...

Continue reading Ikhlas Pasrah