Kehidupan terus bergulir, tak berhenti, hingga tercipta skema jalur regenerasi. Begitupun jalur pendidikan. Pendidikan anak tercipta karena pemahaman dan pengalaman orang tua. Mempersiapkan generasi anaknya agar bisa lebih terampil dan mudah dalam berkehidupan. Inilah cikal bakal pendidikan formal.
Setiap orang tua tentu tidak memiliki keterampilan di semua bidang sehingga muncullah ide pendidikan dengan keterampilan tertentu. Meluasnya interaksi masyarakat melahirkan pendidikan formal seperti yang sekarang kita kenal.
Pendidikan pondok pesantren sebagai pendidikan semi-formal merupakan pendidikan yang tidak melupakan orang tua sebagai acuan awal pendidikan. Lembaga ini menerapkan pendekatan-pendekatan emosi. Interaksi guru dan murid menjadi lebih mudah dalam berbagi ilmu seperti orang tua dan anaknya. Namanya pondok pesantren syaratnya ya harus mondok/bermukim.
Pendidikan formal yang basisnya memposisikan pendidik hanya sebagai penyampai mulai mengikis metode pendidikan orang tua-anak dan merubah alur regenerasi pendidikan. Pendidikan yang awalnya mencakup berbagai lini mengerucut hanya beberapa saja. Tujuannya berubah menjadi urusan materi saja. Pengetahuan tidak membuahkan perbaikan perilaku. Maka seperti inilah warna pendidikan kita.
Kesimpulanya, monggo kita beteti dulu kemanusiaan kita. Baik sebagai orang tua ataupun sebagai penggagas pendidikan umum. Agar generasi kita tak hilang kemanusiaannya. (Fajar)