Wayahe Moco

Pambuko Rutinan Sanggar Kedirian, Malam Sabtu Legi 10 Mei 2019


Kurang lebih dua tahun lalu dalam rutinan Sanggar Kedirian pernah membahas tema “Maos Ngaos Losss”. Paragraf pertama dalam pambuko tema tersebut begini: Selama masih ada kehidupan, selama itu pula kita akan tetap dihadapkan dengan kode-kode kehidupan. Tuhan telah membentangkan kode-kode-Nya di keluasan semesta. Kode-kode dalam Al-quran tekstual maupun yang kontekstual. Kode-kode inilah yang harus kita perjuangkan untuk dipahami, sebagai peta dan kompas penunjuk arah agar selamat menuju kepulangan yang sejati. Mengingat pentingnya belajar memahami kode-kode ini, Tuhan pun menganjurkan untuk iqra’ (bacalah) dalam firman-Nya yang pertama kali.

Lhadalah, ternyata ada banyak hal yang sudah dibahas pada tema terdahulu. Seperti membaca kode-kode Tuhan, baik yang tekstual maupun yang kontekstual, kemudian menghikmahinya sebagai penunjuk menuju ilaihi rajiun, dan masih banyak lagi. Lantas, masih relevankah tema “Wayae Moco” ini untuk kita bahas (lagi)?

Rasa-rasanya kok masih perlu. Kurang lebih sama seperti adzan yang terus menerus dikumandangkan tiap memasuki waktu sholat, seperti itu juga pentingnya pembahasan tema kali ini. Mungkin kita lupa hasil pembahasan terdahulu atau belum sempat melingkar bareng sedulur-sedulur Sanggar Kedirian. Atau jangan-jangan selama ini kita mengalami fenomena “salah baca” yang sempat disinggung Mbah Nun dalam tulisannya “Tak Kunjung Lulus Iqra”.

Mumpung tagline Sanggar Kedirian adalah “Perjalanan Diri Mengenal Diri” alangkah baiknya jika menyelam lebih dalam lagi untuk menemukan kode-kode atau rahasia Al-quran dalam diri kita. Sebagaimana para leluhur yang menemukan Al-quran di dalam dirinya, yang merasakan bahwa Al-quran adalah bagian alamiah dari dirinya, atau dirinya adalah bagian substansial dari Al-quran.

Sebab hal itu berbanding terbalik dengan metode yang selama ini kita-sebagai manusia modern-terapkan. Kita biasanya memandang dan menempatkan Al-quran sebagai bagian terpisah dari diri kita. Al-quran hanyalah sebatas obyek kajian ilmiah yang terus menerus dieksplorasi muatan ilmunya tanpa harus terbebani untuk mengamalkannya.

Monggo, sareng-sareng kita rembug bersama dalam rutinan malam ini.

0 komentar:

Posting Komentar