Mukadimah Sanggar Kedirian Edisi Ramadhan 1443 H (29 April 2022)
"Qulnaa yaa naaru kuunii bardan wasalaaman 'alaa Ibrahim". Wahai api jadilah dingin, dan jadilah keselamatan bagi Ibrahim. Surat Al-anbiya' ayat 69.
Di banyak sumber disebutkan bahwa asbabun nuzul ayat tersebut adalah ketika Nabi Ibrahim dibakar hidup-hidup oleh Raja Namrud. Ketika itu banyak malaikat yang menawarkan bantuan kepada Nabi Ibrahim. Ada yang akan menyiram dengan air, ada yang akan mendatangkan angin agar api padam, dll. Namun Nabi Ibrahim tidak berkenan menerima semua bantuan dari para malaikat tersebut. Nabi Ibrahim tetap bergantung pada bantuan dan pertolongan Allah. Kemudian ayat tersebut turun lalu mawujud menjadi dinginnya api yang membakar Nabi Ibrahim sehingga api tersebut tidak membakar Nabi Ibrahim sedikitpun.
Ada cerita hikmah yang menyertai kejadian tersebut yang jarang diceritakan, namun pernah Mbah Nun sampaikan di beberapa forum beliau. Cerita tentang kisah tentang seekor semut ireng atau semut hitam yang pada saat Nabi Ibrahim dibakar ia membawa setetes air yang ia maksudkan untuk menetesi kobaran api yang begitu besar dan dahsyat yang digunakan untuk membakar Nabi Ibrahim. Seekor semut ireng ini ditertawakan dan diejek oleh kawanan makhluk lain yang melihat kejadian tersebut. Mereka berkata, "Hai semut! Mana mungkin engkau bisa memadamkan api yang begitu besarnya hanya dengan setetes air yang engkau bawa?" Semut ireng menjawab, "Aku sadar kalau setetes air yang aku bawa ini tidak mungkin bisa memadamkan api yang sangat besar itu. Namun setidaknya aku ingin menunjukkan kepada Allah dan kepada Nabi Ibrahim bahwa aku sungguh-sungguh membela Nabi Ibrahim, aku sungguh-sungguh membela kebenaran." Dan keajaiban pun terjadi, niat baik dan kesungguhan seekor semut ireng dijawab oleh Allah dengan menurunkan satu ayat yang sekaligus menjadi perintah bagi api untuk menjadi dingin dan bersifat tidak membakar Nabi Ibrahim.
Dari sepenggal cerita hikmah tersebut, pelajaran atau hikmah yang dapat kita ambil adalah sebuah kesungguhan. Dimana sebuah kesungguhan inilah yang barangkali membuat kita ditolong dan dikasihi oleh Allah. Sebuah kesungguhan pulalah yang kiranya membuat perjuangan menjadi berhasil. Sebagaimana kalam yang sudah sangat masyhur kita ketahui, "Man jadda wajada", barangsiapa bersungguh-sungguh ia akan berhasil.
Mari duduk melingkar bersama pada Majelis Rutinan Sanggar Kedirian yang nanti malam akan diselenggarakan di Kampus Tribakti Lirboyo. Bersama-sama kita akan membahas tentang kesungguhan yang semakin hari semakin terkikis dan semakin krisis dari jiwa manusia Indonesia, terutama dari jiwa para pemimpinnya.