Siap Kalah

 Pambuka Rutinan Sanggar Kedirian 25 Desember 2021



Kalau biasanya jargon yang sering kita ketahui adalah "siap menang" atau paling tidak "siap kalah untuk menang", namun tema malam ini benar-benar hanya "siap kalah".


Kalah di sini sebagaimana logika umum bisa diartikan ngalah. Nggih monggo, itu terserah panjenengan sedanten. Tapi kalau mau mengaitkannya dengan per-"kompetisi"-an maka idiom Mas Sabrang tentang perang pendek dan perang panjang bisa menjadi analogi yang pas. Mau mengajak cewek kencan, misalnya, tentu persiapannya berbeda dengan mengajaknya menikah. Itu baru dalam persiapan, belum pengaplikasian dan orientasinya.


Soal ini Simbah berpesan begini, "Ciri khas manusia zaman sekarang adalah terlalu sibuk oleh urusan kalah-menang, namun tidak belajar memahami hakikat kemenangan dan kekalahan."


Lha, hakikat kemenangan dan kekalahan niku nopo, Mbah?


Monggo kita rembukan sareng-sareng dengan kejernihan akal dan keluasan hati untuk menerima pendapat dari sedulur lainnya. Itu, koentji malam ini.


Allahumma shalli wa sallim wa barik alaih...

Continue reading Siap Kalah

Pande Me

Pambuko Rutinan Sanggar Kedirian 20 November 2020

Tujuh bulan selama pandemi Covid-19 ini melahirkan berbagai macam rutinitas baru yang oleh kegagapan peradaban modern disebut era "New Normal". Padahal jauh sebelum pandemi sejatinya setiap hari, setiap jam, bahkan setiap berdetaknya jantung kita adalah kematian dan detak berikutnya kita akan lahir kembali. Makna “kelahiran" adalah pengalaman saat kita berada pada kesadaran spiritual, hari ini adalah diri kita yang baru yang tidak sama dengan diri kita yang kemarin. Evolusi ini akan terus berlangsung dalam berbagai skala tranformasi. Namun karena keterbatasan pemahaman kita pada suatu nilai membuat semua hal yang kita lihat, dengar, rasakan dan alami ini belum berada dalam titik kesadaran spiritual, terlebih intelektual. 


Transformasi Diri

Di tengah pandemi ini ada baiknya jika meluangkan waktu dan tenaga sejenak; tuma'ninah sembari memberi makna dengan nalar dan rasa; menempa "besi" dalam diri agar lebih bermanfaat dan  sedangkan harapan kita adalah menjadi ”Pande Me” karena kepiawaian kita mengenali diri.


Kecanggihan teknologi yang pesat, salah satu hasilnya adalah manusia kehilangan dirinya dan manusia menjadi luntur kemanusiaanya. Selain itu, terlebih merasa bahwa diri lebih dibanding dengan orang lain yang akan justru menjerumuskannya ke dalam jurang kesombongan. Tak jarang harapan yang kita inginkan dari orang lain malah menjelma menjadi tuntutan. Dan sejatinya pertarungan sesungguhnya terjadi di dalam alam diri manusia sendiri. Pertarungan yang sesungguhnya maha dahsyat.


Juga menjadi tuan rumah diri sendiri adalah bagian penting bagaimana seharusnya kita mengenali diri kita sendiri, mengetahui potensi dalam diri kita sendiri untuk kemudian kita sendiri, memaksimalkan dan mengevaluasi hal itu, sehingga kita menjadi manusia yang mandiri dengan berbekal keahlian dan potensi diri kita itu.


Dengan mekanisme "khalifah" yang diciptakan oleh Allah, Allah sendiri memang menghendaki agar manusia berdaulat atas dirinya sendiri. Manusia secara fitrahnya adalah mandiri, sementara fakta hari ini mayoritas manusia menjadi bukan dirinya sendiri.


Laboratorium Kedirian

Dengan adanya Sanggar Kedirian ini kita bersama-sama menjadikan forum Sinau Bareng ini untuk menemukan jati diri kita masing-masing. Untuk menemukan siapa kita dan bagaimana seharusnya kita bersikap dalam kehidupan ini. Konsep keseimbangan yang ditawarkan oleh Sinau Bareng adalah mekanisme yang juga harus terus-menerus kita asah, sehingga pada akhirnya kita akan mampu menemukan kedaulatan dalam diri kita sendiri. Kita menjadi diri kita sendiri, bukan menjadi orang lain yang bukan diri kita. Sehingga karunia bagi manusia adalah selalu menemukan hal yang "alhamdulillah". Kita hari ini adalah diri kita yang "alhamdulillah" yang tidak sama dengan kelakuan diri yang "astagfirullah" kemarin.


Continue reading Pande Me

Pemulihan Umum

Pambuko rutinan Sanggar Kedirian 16 Oktober 2020


Pe-mu-lih-an u-mum. Kesan pertama yang ada dalam benak adalah plesetan dari pemilihan umum. Sayangnya kita tak bisa menilai sesuatu hanya dari kesan pertama yang didapat. Perlu pendalaman, menyibak berbagai macam lapisan tabayun untuk mengetahui maksud pencetus tema malam ini; cobalah nanti tanyakan sendiri.

Ini saya coba susunkan pertanyaannya, nanti pengembangannya terserah nalar kritis sedulur-sedulur:

1. Mengapa pemulihan umum perlu dibahas?

2. Kalau nanti sudah ada rumusan dari berbagai macam keilmuan, lantas apa yang bisa dikerjakan?

3. Siapa pelakunya?

4. Kapan?

5. Di mana?

6. Bagaimana mekanisme pelaksanaannya?

7. Seberapa besar dampaknya bagi pemulihan diri kita sendiri? Jika tidak ada, lebih baik wiridan dan sholawatan dulu saja. Sebab bahu siapa lagi yang bisa disandari di tengah huru-hara yang membingungkan ini selain Kanjeng Nabi. 

Ya akramal khalqi maali man aludzu bihi # Siwaka inda huluulil haditsil amimi. Allahumma shalli wasallim wabarik alaih...

Mari melingkar bersama dalam rutinan Sanggar Kedirian di Kampus Tribakti, Jumat malam Sabtu Legi, bakda Isya 16 Oktober 2020.

Continue reading Pemulihan Umum