SAWO (Sawwu Shufufakum)

Pambuko rutinan Sanggar Kedirian 5 November 2021

Belajar berjamaah, meneguhkan niat, memperbaiki segala kekurangan diri lalu merapatkan barisan membentuk barikade pasukan segelar sepapan. Mau pilih formasi yang mana? Supit urang, Garuda Nglayang, Wukir Jaladari atau Cakra Byuha? Monggo kerso, bebas dan terukur.


Disisi lain, hampir mirip seperti Pohon Sawo yang ditanam oleh para pengikut Pangeran Diponegoro dulu dengan nilai falsafah dan simbolisme yang tinggi, Ijasah Ikhlakul A'da' dari Mbah Nun untuk jamaah Maiyah juga sebuah simbolisme layaknya gaman-pusaka doa sebagai momentum awal penggemblengan diri, mematangkan karakter untuk menjadi individu yang lebih tangguh. Karena tidak ada musuh yang lebih dulu kita taklukan selain hawa nafsu kita. Selesai dengan diri kita sendiri.



Dalam sebuah riwayat Kanjeng Nabi nate dawuh: "Jihad paling utama adalah jihad melawan hawa nafsu diri sendiri."


Semangat untuk selalu memperbaiki diri ini yang nantinya diharapkan mampu membentuk landasan kesadaran "positioning", pondasi kesadaran "berani menjadi" dan sebagai "entry point" perjumpaan-perjumpaan dengan nilai-nilai kesadaran lain yang tentunya sesuai dengan "lelaku" masing-masing Jamaah Maiyah.


Jadi mari bersama-sama berbenah diri sebelum seruan “Sawwu Shufufakum" tiba. Sehingga nantinya dengan suara lantang dan tanpa rasa gamang kita siap menyambutnya: "Sami'na wa ato'na".


0 komentar:

Posting Komentar